Tuesday, December 28, 2010

Bantengan ala anak kecil

Ricak, Billy, Bimbi, Andi dkk sedang membuat banten-bantengan

Bulan agustus hampir saja berlalu, karnaval dalam rangka memeriahkan hari ulang tahun Republik Indonesia juga baru seminggu terlewati. Ada yang khas dari sajian karnaval di desa kami, yaitu pertunjukan bantengan, jaranan dan kesenian Truntung. Belakangan yang digandrungi oleh anak-anak di sekitar ruamahku adalah bantengan. mungkin karena galak dan ditakuti anak dikala mengamuk diantara histeria para penonton.

Tuesday, December 21, 2010

Memutus Cinta di Pantai Ngliyep

Pantai Ngliyep http://kendtud.blogspot.com/2009_08_01_archive.htm)

Kepercayaan yang sudah mengakar di desaku, seseorang yang tengah menjalin hubungan atau belum melewati tahun ketiga pernikahannya jangan sekalipun mengajak pasangannya ke pantai ngliyep, pantai itu menyimpan tuah putus cinta katanya. Entahlah apa hubungannya pantai di sebelah selatan ini dengan morat-maritnya sebuah hubungan. Berbeda dengan mitos seputar candi Prambanan yang konon dibangun Bandung Bondowoso sebagai tanda cintanya namun akhirnya ditolak oleh Roro Jongrang. Mitos yang menghubungkan tuah patah hati dan pantai Ngliyep belum pernah kudengar sampai sekarang (ada yang tau...?)

Monday, December 20, 2010

Soal Buruh Migran sampai Kota Tua

Sudut alun-alun Purwokerto
Pagi buta aq bersama Lamuk (bukan nyamuk beneran) brangkat menuju Purwokerto, keberangkatan kita terbilang sangat mendadak karena baru menerima undangan "migrant day" beberapa jam sebelumnya. Aq (bertugas bengong dan jalan2) dan Lamuk ditugaskan untuk meliput perhelatan yang di adakan oleh Seruni, komunitas mantan buruh migran di Banyumas. Karena tak ada bus Efisiensi yang berangkat jam 5 pagi, Lamuk memutuskan berangkat dengan bis ekonomi biasa. Dengan berat hati kunaiki juga bis super ekonomi itu karena mengejar waktu agar tak terlampau tertinggal. Niat menuntaskan kantuk ^^ tak terlaksana mulus, berselang-seling dengan keriuhan pedagang asongan dan pengamen jalanan.

Thursday, December 9, 2010

Togel Belum Sirna


Suatu sore dirumahku,ada tetangga yang kebetulan lewat samping rumah dan sengaja kita undang nimbrung di obrolan basa-basi keluarga kecil kami. Tak berapa lama ia berniat pamit. Sudah ditunggu oleh "kawan belajarnya" begitu alasannya. Otakku otomatis mempertanyakan apa itu "belajar"?, mamaku menjelaskan kalau itu adalah kata sandi untuk sebuah perkumpulan rahasia totoan gelap atau yang biasa disebut togel. 

Friday, November 12, 2010

Kampung Pasir panjang dan Buruh Migran

Perjalananku kali ini membawaku ke Cianjur, tepatnya di Kampung Pasir panjang Kecamatan Sukaluyu. Cianjur lekat dengan setereotipe kantong buruh migran dan trafiking, tapi di kampung Pasir panjang hanya identik dengan buruh migran, masyarakat agraris, dan masyarkat religius. Rata-rata penduduk perempuanya menggenakan kerudung dan mayoritas penduduknya yang menjadi buruh migran lebih memilih tujuan bekerja di negara muslim (Arab Saudi dan Brunai Darussalam) dengan alasan agar tidak bertentangan dengan keyakinannya.

anak-anak buruh migran sedang bermain
Sebagian besar warga kampung Pasir panjang menjadi buruh migran atau pernah menjadi buruh migran. Bahkan banyak diantaranya yang menghabiskan hidupnya untuk menjadi buruh migran di negara tujuan. Menjadi buruh migran bisa jadi alternatif untuk mengatasi dan meningkatkan ekonomi keluarga ketika tak ada pekerjaan lain yang tersedia di negara ini. Tapi resiko menjadi buruh migran, banyak hal yang harus mereka korbankan dan pertaruhkan. Salah satu akibatnya, keluarga mereka terlantar, anak-anak mereka tak mendapat pendampingan khusus dan kurang kasih sayang. Anak-anak buruh migran sangat terbiasa tanpa ibu. Mereka belajar mandiri mengurus keperluannya. Tak bisa dibayangkan seperti apa kelak kehidupan mereka kedepan meskipun tercukupi secara ekonomi.


rumah panggung Cianjur
Ketika perekonomian keluarga buruh migran terangkat, seperti kebanyakan buruh migran Indonesia lainnya prioritas mereka adalah memperbaiki rumah. Hal ini juga terjadi di Kampung Pasir panjang, rumah panggung yang selama ini menjadi identitas mereka berubah menjadi rumah beton ala eropa. Rumah panggung yang lekat dengan masyarakat Sunda dan agraris itu kini perlahan tergantikan dengan papan modern asing milik keluarga mantan buruh migran.


Akar utama permasalahan buruh migran sendiri adalah lapangan pekerjaan yang tak tersedia bagi mereka. Sawah ladang hanya bisa mereka garap sesekali dan tak bisa diandalkan untuk membuat dapur mereka selalu berkepul. Menjadi buruh tani apalagi, mereka harus bekerja keras dengan sedikit upah karena harga jual hasil tani tak begitu bagus.

Tuesday, October 5, 2010

Keadilan Bagi Kami......

Jangan harap keadilan ada untuk rakyat kecil yang tak punya, keadilan hanya tersedia untuk orang yang berkantong tebal.

Sekali aku mengalaminya, dan ternyata bukan hanya aku saja yang pernah mengalaminya, mungkin juga dialami oleh sebagian besar rakyat negeri ini. Suatu waktu, aku kehilangan sebuah laptop di sela-sela jam kuliahku. Bukan saja laptopnya yang berharga tapi juga data-data yang tersimpan dalam laptop. Saking paniknya dan tak ada satupun orang yang bisa aku mintai pertolongan, aku terjerumus pada hala yang bodoh dan sia-sia: Lapor polisi.

Tuesday, July 13, 2010

Karena Entrok....

cover novel Entrok


Bermula dari “entrok” bahasa jawa untuk menyebut BH, terkesan aneh karena sudah jarang sekali digunakan dalam percakapan sehari-hari. Berkisah tentang Sumarni, gadis kecil jawa tak pernah merasakan bangku sekolah yang hidup serba kekurangan. Sangat bersukur bisa makan ala kadarnya dengan menjadi buruh kupas singkong di pasar. Tapi Sumarni kecil tak mau menerima takdir hidupnya begitu saja, yakin dengan kerja keras peras keringat dan tirakat untuk mencapai kejayaan. Memiliki sebuah entrok adalah ambisinya. “entrok” adalah barang mewah yang tak semua orang bisa pakai karena tak sanggup membeli. Entrok adalah simbol kemewahan, kebanggaan dan kejayaan. Bermula dari entrok lah kejayaan dan semuanya diraih.

Saturday, July 10, 2010

Merenungkan kembali Demokrasi kita


Sebagai negara yang menganut sistem demokrasi, kesejahteraan masyarakat Indonesia kalah jauh dengan negara lain yang juga menganut sistem demokrasi. Kira-kira adakah yang salah dengan model demokrasi kita? Sebenarnya model demokrasi yang bagaimanakah yang dianut Indonesia?

Friday, July 2, 2010

“Beta” ada di Bioskop


Bukan hanya lakon yang meyebut “gue” dan gemerlap mewah Jakarta saja yang tayang di bioskop-bioskop besar Indonesia. Cerita dari plosok pulau timur Indonesia yang jauh dari kemewahan pun layak menjadi tontonan. Tanah Air Beta, film produksi Alenia film yang digawangi oleh pasangan Ali Sihasale dan Nia Zulkarnaen. Seperti film-film sebelumnya, Alenia memproduksi film yang tak jauh-jauh dari tema keluarga, anak dan persahabatan. Dan masih dengan idealisme yang kuat dan menjadi nilai tambah bagi film ini yaitu tidak Jakartasentrisme seperti kebanyakan film lainnya.
Tanah air beta mengambil latar pasca jajak pendapat Timor Timur (sekarang Timor Leste) Agustus 1999. 

Wednesday, June 23, 2010

Tentang TKW Hongkong




Di tengah-tengah gempuran film bergenre horor dan komedi berbumbu seks, ternyata masih ada film Indonesia yang mengangkat isu lika-liku kehidupan Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang bekerja di Hongkong. Padahal, kisah para TKW ini seringkali dimuat di media elektronik maupun cetak. 

Monday, June 7, 2010

Mie warna-warni ala Sukabumi




Jika anda berkunjung ke Sukabumi dan melewati daerah Cisaat, tak ada salahnya jika anda coba-coba makanan unik dan sehat. Warung “Miebatok”, dari namanya saja sudah pasti unik, warung ini menyediakan menu mie berbagai rasa dan varian. Uniknya, karena mie batok adalah mie yang yang disajikan diatas batok. Rasa mienya pun mempunyai beberapa varian, mie ungu, mie ijo, mie hitam. Semua bahan mie samasekali tidak menggunakan bahan pengawet maupun bahan pewarna buatan, semuanya menggukan pewarna alami. Mie Ungu contohnya, bahan dasar mie ungu adalah ubi atau yang biasa kita sebut “telo ungu” dan bahan dasar mie hitam adalah tinta cumi. Untuk menikmati semangkok mie batok anda hanya butuh mengeluarkan Cring** Rp 13.000 Yuuukkkk.. mantabs..
Di warung Miebatok tidak hanya mie saja yang tersedia, tapi ada juga menu-menu lainnya yang tak kalah unik. Berbagai olahan nasi, burung puyuh, sea food dengan rasa dan tampilannya yang menggugah selera tersedia untuk disantap (asal ada duitnya... ^^ hahha). Sajian minumannya juga Indonesia abissss.... tak perlu menunggu lama ketika mie ungu tersa ji dihadapanku, langsung santap gan.. tunggu apalagi.

Sunday, March 21, 2010

Caving; goa Seplawan

di perut goa



Ceritanya begini; kemarin pas liburan aq bergabung rombongan anak-anak kampung dukuh untuk bertamasya ke tempat wisata yang jarang dikunjungi orang. Entah dimana tempatnya belum tau, “pokoknya surprise” katanya.
Perjalanan kita mulai dari arah Godean, menaiki jalanan menanjak ke arah goa kiskendo dan masih terus saja ke arah Purworejo. Ternyata tujuan wisata kita kali ini adalah Goa spalawan, goa alam di pegunungan Menoreh perbatasan Kulon Progo dan Purworejo (bisa sekalian kuliner durian, hehehhe....). Di sepanjang jalan besar tak ada papan yang menunjukkan arah ke goa, jadi lebih baik tanyalah ke warga sekitar.
di atas goa
Sampai di lokasi Seplawan, ternyata tak hanya pemandangan goa saja yang disuguhkan, ada gardu pandangnya juga lho, asikkkk. Dari gardu pandang goa seplawan, selama tak ada kabut kita bisa menikmati hamparan pemandangan kulon progo, waduk sermo, gunung merapi-merbabu dan garis pantai selatan. Elok..
Dilokasi goa seplawan jg terdapat reruntuhan candi, entah apa namanya tidak disebutkan. sayang bentuk candi hanya berupa pondasi, selebihnya serpihan-serpihan reruntuhan batu candi yang tak terlihat lagi ornamennya. Disana kita juga masih bisa menyaksikan lingga yoni yang sudah berusia ratusan tahun. Jarang-jarang kan bisa menyaksikan lingga-yoni sekaligus....
Di goa ini, ditemukan patung emas dewa siwa dan istrinya dewi parwati. Sekarang sudah dipindahkan ke museum nasional dan sebagai gantinya pemerintah membangun replikanya (lebih gede dari yang asli) di depan pintu masuk goa.
Memasuki goa... jalanan menurun, ikuti saja tangganya dan keindahan stalagmit dan stalagtit hasil proses alam ribuan tahun akan menyambut anda. Tak perlu membawa penerangan karena lampu-lampu sudah dipasang untuk menerangi jalan goa. Medan menantang mewarnai susur goa, tapi tak seberapa ko’ dibanding keindahannya. Kita melewati sungai bawah tanah, beberapa celah sempit yang memaksa kita menunduk (goa ini ekslusif bagi yang berbadan ramping saja hehehehe...) dan endapan lumpur yang licin. Jadi berhati-hatilah saat melewati medan berlumpur dan harus siap kotor. Tak lama lagi kita akan menemui sungai bawah tanah yang bening dan segar setinggi betis, disinilah puncak kepuasannya. Sambil menyusuri sungai dalam gua, kita juga akan menyaksikan deretan stalagmit, ceruk-ceruk indah sepanjang gua dan lorong panjang dan berlangit-langit tinggi. Ah, puas rasanya...
Sebenarnya, perjalanan menyusuri goa masih panjang, 700 meter booo.... Karena medan selanjutnya cukup berat dan harus menggunakan alat, kita urung melanjutkan perjalanan. Sayang sekali....balik jalan deh...

Friday, March 5, 2010

Bersepeda ke Candi Senja



Apa yang menarik dari hari yang dilalui terik matahari? saat senja, matahari terbenam tentunya. Yup, sore itu, kamis 4 Maret, jalan-jalan bersepeda santai (padahal capek juga sih.. hehehe) menuju kawasan candi Ratu Boko. Peserta nggowesnya cuma diriku dan salah satu temanQ. Perjalanan kita mulai dari Timoho, JEC, STTNas, dan blusukan di jalan belakang bandara AdiSucipto. Maksud hati ingin memotong jalan biar gak kejahuan, eh.. malah jauh muter-muter ga karuan. Esok, bagi teman-teman yang ingin menikmati sunset bersepeda ke candi senja (Ijo, Banyunibo, Barong, dan ratu boko) lebih baik ikuti saja arah Jl.Solo ^_^. Pelajaran memang mahal boo...

Sesampai kawasan Ratu Boko, niat awal ingin berkunjung ke candi Ijo. kata orang lebih bagus sunsetnya. setelah kita ikuti papan penunjuk arahnya, OMG... ternyata setelah kita tanya-tanya ke warga setempat candi ijo berada di atas bukit dan jalanan menanjak sekitar dua kilo lagi. Akhirnya kita menyerah deh mengingat kondisi kaki yang udah gak karuan rasanya. Kita balik haluan menuju candi Banyunibo, e..alah.. ternyata dari jalan candinya sudah terlihat keemasan disepuh senja.

Untuk masuk candi ini dikenakan biaya retribusi Cring** 2000 per-orang, dan kalau ingin memiliki brosur tentang candi ini dikenakan biaya tambahan Cring** 1000 aja ko'.Memasuki areal candi banyunibo, terlihat satu candi induk yang utuh dan enam reruntuhan candi perwara, salah satunya berbentuk stupa. Pada bangunan induk, sekilas mirip dengan bangunan candi Plaosan, ada jendela-jendela dan pahatan relief. Setelah puas melihat sekeliling candi, langsung saja kita mencari tempat terbaik untuk mengahantar matahari terbenam. karena hari itu cerah tak berawan matahari bulat sempurna. sayang sekali kami tak membawa kamera untuk sekedar mendokumentasikan momen ini. syukurlah ada mas Sulistiyanto, wartawan Merapi yang sudi kita repotkan ^_^, terima kasih ya mas.

Seusai matahari tak terlihat lagi, kita langsung tancap ke candi barong yang tak jauh dari situ. Jalanan menanjak lagi, menaiki bukit, kita putuskan untuk berjalan kaki saja tanpa sepeda. Sepeda kita titipkan di rumah warga. Ngos..ngosan juga, melewati hutan dan sawah tadah hujan. Hmmm..candi barong ternyata hampir serupa dengan bangunan Ratu Boko. Sayang kami tak menemukan papan informasi dari candi ini. Hari mulai gelap, dari ketinggian candi, lampu-lampu jogja mulai bersinar...indah sekali kawan.

Nb; foto candi diambil dari http://puteraboko.wordpress.com

Friday, February 26, 2010

Temanggung I luv Edition

BERANGKAT

hmm.. ketika aku mau beranjak keluar dari kosQ ada keresahan terbesit. Bakal kesasar-sasar gak ya.. masalahnya, ini adalah perjalananQ yang pertama ke Temanggung dan sendirian pula.Aq
lupa kalo masih ada orang yang bisa ditanya dan tidak bakal menyesatkan hehehe...Bismillah, petualangan akan segera dimulai.

awalnya aq berniat untuk naik angkot jurusan prambanan jombor, tapi aq putuskan saja naik trans-Jogja, sekalian muter-muter. cukup mengeluarkan cring** RP
3000 dan ternyata muter-muter beneran rute mandala wanitatama-bethesda-UGM-Gejayan-ringroad utara dan jombor.. hehehe lumayan. perjalanan kulanjutkan menaiki bus jurusan jogja magelang cukup membayar cring** Rp 7000, sesuai petunjuk mbak odah, trus lanjut lagi menaiki bus jurusan temanggung-parakan cring** Rp 7000 juga. HUh.. akhirnya sampai juga di tempat tujuan yang disebut mbak Odah. merasa tenang cz mbak odah tidak susah menemukan tampangku diantara penumpang-penumpang lain dan pasti kesejahteraan hidupku akan terjamin hehehe..(maaf aq balik menjajahmu..).

Aq tiba sore hari dan disambut guyuran hujan.. Bbbbrrrr dingin hawa Parakan plus hujan. Pemandangan disini juga sangat indah, gunung Sumbing
dan sindoro terlihat jelas cantiknya bersama mendung sore.Malam hari, setelah beramah-tamah dengan anggota keluarga mbak odah, makan malam dan ngobrol tepatnya. Aq dan mbak odah siap sedia di depan laptop sambil presensi di facebook dan googling tempat tujuan wisata di Temanggung.

candi Pringapus
ESOK HARI

setelah sarapan dan menyelesaikan pekerjaan rumah (bukan PR pelajaran SD tentunya.. hehehe), aq dan mbak odah bersiap-siap mengunjungi beberapa destinasi yang sudah kita putuskan; kompleks candi Pringapus, candi Gondosuli, Museum meteorit wonotirto dan terakhir adalah rumah tinggal mbak ana (mbak ghost2an qt di Wisma-Cool).

Perjalanan menuju candi pringapus cukup mudah ditempuh menggunakan motor. Posisi mbak odah adalah navigator dan aq sebagai supirnya. hehehe.. simbiosis mutualisme. Udara pagi di jalan ternyata cukup dingin dan hampir membuatku beku, akhirnya qt jalan pelan saja. Untuk menuju kompleks candi pringapus; dari Parakan cari arah jalan menuju sukoharjo/Weleri hingga menemukan plang arah jalan alternatif ke Sukoharjo/Weleri belok ke kiri. Ikuti jalan tersebut sampai menemukan plang arah candi Pringapus di kanan jalan, gang jalan menuju candi ada di kiri jalan. Sesampai jalan masuk temukan pertigaan jalan di kiri yang banyak pohon bambunya (jalanan gang berupa jalan makadam bukan aspal). nha.. dari kejahuan kompleks candi sudah terlihat. Jika masih ragu atau bingung arah jalannya, tanya saja pada penduduk setempat, karena candi ini sudah populer bagi warga setempat.

Monday, February 22, 2010

Mengunjungi Candi Plaosan

Komplek Candi Plaosan Lor
Sudah agak basi sih beritanyaalias tidak memenuhi standar berita. Tapi anggap saja ini adalah sebuah cerita yang menarik menu rutku untuk diceritakan.


Hari itu, Sabtu 7 februari, aq bersama Bang Jay blusukan mencari candi yang memang tidak begitu dikenal orang layaknya Prambanan. Kita putuskan untuk bertandang ke candi Plaosan, selain dekat dari tempat kita berpijak, candi Plaosan juga tak kalah elok dibanding candi Hindu yang lain. Di saat cuaca mendung menyimpan hujan, kita nekat berangkat setelah mendapatkan info rute menuju candi Plaosan dari sebuah blog. Sesuai dengan dugaanku, letak candi Plaosan tidak jauh-jauh amat dari candi Prambanan.
Untuk menuju candi Plaosan, dari Jogja, ikuti saja arah jalan menuju Klaten, setelah satu lampu merah dari Prambanan ada papan petunjuk menuju jalan Manisrenggo. Ikuti arah jalan Manisrenggo sampai menemukan gedung dinas purbakala di kiri jalan, nha.. di kanan jalan candi Plaosan lor sudah terlihat. mudah bukan...
Setelah sampai di lokasi candi, ada pos penjagaan. Para pengunjung diharap mengisi daftar pengunjung dan memberi retribusi masuk candi seikhlasnya. CRingg...**
Komplek Candi Plaosan Kidul
Di area candi Plaosan ada dua lokasi candi yang dipisahkan oleh parit, Plaosan Lor (utara) dan kidul (selatan). Keduanya memiliki arsitektur yang berbeda. Plaosan Lor berupa dua bangunan candi besar beraksitektur sama, boleh pula disebut kembar. Di sekitar bangunan utama candi Plaosan Lor ada reruntuhan candi yang mengelilingi keduanya. anehnya ada pula banyak bangunan stupa diantara candi perwara, jumlah keduanya seimbang. Dalam candi ada arca-arca yang dipisahkan oleh tiga ruangan dan selayaknya rumah candi ini dilengkapi dengan jendela. Sementara Plaosan kidul terdiri dari banyak candi kecil-kecil (lupa ngitung...^_^). Sepertinya candi ini memang masih ada yang terpendam di tanah.
Selesai puas mengintari candi dan foto-foto, kita beranjak pulang karena hari sudah sore, hujan pula. eh ada satu lagi... mampir ke candi Kalasan yang letaknya searah dengan jalan pulang. (sebenarnya merasa gengsi karena hampir lima tahun tinggal di jogja tapi tak pernah sekalipun menyaksikan candi Kalasan yang letaknya di pinggir jalan besar, hehehehe.. ternyata bagus juga)

Saturday, February 6, 2010

Cerita (Luar) Biasa pada Sebuah Perahu Kertas

hmmm... sepertinya Dee bukan saja piawai bercerita filosofis dan serius semata, tapi juga piawai membuat cerita ringan dan mendebarkan. Satu novel teranyarnya; Perahu Kertas. Yup novelnya kali ini bercerita tentang kehidupan remaja dengan segala persoalannya; persahabatan dan cinta, ada pertemuan, konflik, cinta bersegi dan happy ending. menceritakan tokoh Kuggy yang unik (kata halus untuk aneh), super cuek dan mempunyai bakat besar menjadi penulis dongeng. ada tokoh Kenan juga dengan ke"aneh"annya dan bakat melukis yang dimilikinya. keduanya menyatu pada kedua sisi koin yang sama. Kuggy piawai menggambarkan imajinasinya dan Keenan mewujudkannya di atas kanvas. kolaborasi yang indah, saling melengkapi untuk memberikan gambaran yang pas. keduanya saling jatuh cinta, namun jatuh cinta ternyata bukan jalan yang selalu indah untuk dilalui. melainkan merupakan sebuah awal dari penderitaan batin.


Dan pada akhirnya cinta dalam hati bukan "memilih" tapi untuk "dipilih" (hal 430). rasanya bukan Dee kalau tidak menyertakan kata-kata bijaknya dalam sebuah novel. alur dan cerita yang sudah biasa namun dituturkan dengan luar biasa. sesuai dengan judul novelnya, Perahu Kertas, diajukan karena kebiasaan Kuggy menulis surat pada dewa Neptunus, surat tersebut berisi curahan hati yang dilipat menjelma sebuah perahu kertas lalu dihanyutkan pada setiap air yang mengalir dan bermuara pada laut. karena Kuggy adalah duta Neptunus dan berzodiak aquarius. klop deh.. bagi para pecinta ke"aneh"an.

Saturday, January 30, 2010

Bilangan FU; membumikan "makna" dengan satra



"Dan panggullah kebenaran itu agar jangan ia jatuh ke tanah dan menjelma hari ini. Sebab ia hanya akan menjelma kekuasaan. Biarlah kebaikan saja yang menjelma hari ini." Bilangan Fu, Ayu Utami

itulah kata-kata Ayu dalam penggalan novelnya, kata-kata tersebut cukup mewakili apa yang terjadi pada hari-hari sekarang di tanah air. Peristiwa kekerasan atas nama agama di silang Monas mencetak potret buram kondisi toleransi masyarakat terhadap "the others". Adanya sikap "truth claim" dan konsep "kebenaran tunggal" dalam pikiran pemeluk agama monoteis menjadi boomerang bagi dirinya sendiri. Tidak hanya itu, hari ini agama telah menjelma sebagai tameng politik untuk menguasai dan merobohkan penghalang-penghalangnya. Apakah untuk itu agama didirikan?
Tokoh Parang Jati, Yudha, dan pemuda Kupu-kupu yang mengisi alur penting dalam cerita novel ini. Parang Jati dengan pengetahuan kearifan lokalnya dan kelebihan yang melekat padanya. Yudha si penakhluk tebing berotak modern dan pemuda Kupu-kupu alias Farisi yang berambisi meraih popularitas dan menganut pandangan konservatif. Ketiganya merupakan kombinasi yang sudah biasa ada di komunitas masyarakat kita. Namun, menjadi menarik ketika ketiganya beradu argumen tentang kebenaran yang "satu". Yudha dengan bilangan Fu-nya yang didapatinya melalaui mimpi-mimpi sebulnya, Parang Jati dengan filosofi bilangan Hu dan bagi Kupu-kupu, bilangan satu adalah sebagai angka satu matematis.
Dalam novel ini, Ayu secara cerdas menghadirkan isu lingkungan yang akhir-akhir ini marak diperbincangkan. Dengan mendekonstruksi mitos-mitos klasik dan kisah pewayangan lalu merekatkannya dengan sejarah pusaka alam kita, gunung, laut dan perbukitan. Bagi orang sekarang kebanyakan, akan sangat sulit menerima mitos sebagai pengetahuan dan dokumen sejarah yang perlu dilestarikan. Karena, sekali lagi mitos tidak bisa dibaca mengunakan kacamata "modern" melainkan hanya bisa dibaca dengan kearifan lokal dan sikap satriya lan wigati.
Novel Bilangan Fu karya Ayu Utami ini mencoba memberikan pencerahan baru dalam kehidupan spiritualitas kita agar tidak kering makna. sekaligus menawarkan sikap religius ataupun spiritualisme yang kritis. Ringkasnya, novel ini mewakili sikap kritis Ayu terhadap 3M (modernisme, monoteisme, dan militerisme).
Dengan adanya modernisme, seakan-akan semuanya harus rasional dan empiris. Sehinga harus mengenyampingkan dan menganggap tak ada hal yang tak nampak di pelupuk mata. Mitos merupakan dongeng anak yang akan beranjak tidur dan hanya pantas dinikmati oleh imajinasi anak-anak. Bagi modernisme kearifan lokal menjadi sebuah "ketololan" yang telah dilakukan oleh nenek moyang mereka. Akhirnya, manusia tak lagi menjaga alam yang menjadi teman hidupnya di dunia. Ulah-ulah manusia modern sendiri yang telah mencederai kelestarian alam dengan motif uang. Dan kearifan lokal hanya menjadi "wisata unik" karena tak lagi mudah didapati di masyarakat.
Bagi Ayu, agama monoteis sering mengklaim ajaranyalah yang paling benar. Kebenaran adalah satu matematis dan memberangus tanpa kompromi yang berbeda darinya. Sesungguhnya, apakah agama monoteis sebagai agama langit bisa dipahami seperti itu? Dalam novel Ayu digambarkan bahwa agama langit (monoteis) tidak cocok untuk bumi, melainkan agama bumi (baca: kearifan lokal) sendirilah yang cocok untuk bumi.
Dan militerisme sekarang tidak hanya disandang oleh orang-orang militer sesungguhnya. Bahkan oleh orang-orang sipil yang suka bertindak main hakim sendiri karena tidak puas terhadap sikap aparat yang "mendiamkannya".
Bilangan Fu Ayu Utami memang menyimpan banyak kearifan yang sudah lama terpikirkan. Pengalaman-pengalaman yang telah dilaluinya dan cerita-cerita yang didengarnya menjadi sumber inspirasinya. Usahanya untuk membumikan makna kebenaran yang relatif dan bersifat "menunda" tidak lantas menganggap yang lain salah, dan tetaplah kebenaran ada dimana-mana. Bagi Ayu, cukuplah kebaikan bukan "kebenaran" yang ada hari ini.
sebenarnya tulisan ini ditulis untuk sebuah buletin, tapi karena beberapa hal tidak jadi diterbitkan. so, daripada mubazir, lebih baik tulisan ini tampil di blog, ya... hanya sekedar buat menuh-menuhin blog. hehehe... ^_^

Tuesday, January 26, 2010

Menghantar Matahari di Keraton Ratu Boko



Kali ini adalah kunjungan keduaku ke ratu boko. Ratu boko merupakan keraton tempat tinggal para bikkhu yang dibangun di atas bukit dengan pemandangan menawan. Waktu sore adalah waktu yang tepat untuk berkunjung kesana. Selain tidak terlalu panas (di sini tak ada yang menawarkan jasa sewa payung seperti d Prambanan, hehehe..), juga waktu yang tepat untuk menyaksikan matahari terbenam secara live.






rute perjalanan kita kali ini tidak melewati jalan
yang biasanya ditempuh alias mblusuk-mblusuk menyusuri jalan kampung meski tetap membayar retribusi masuk candi. Ternyata ratu boko tidak terlalu jauh dari rumah dosenku, Pak Mansur (tengkyu pak ^_^), setidaknya tidak perlu jalan jauh muter-muter. Yup, setelah mengira-ngira jalan menuju bukit dan mengikuti arah papan penunjuk jalan. "deng...deng.." ternyata langsung menuju loket masuk. "Taraaaa..." biaya yang harus dikeluarkan per-orang adalah IDR 12.000 cring** plus parkir motor tentunya (sebenaranya ada jalan tikus yang tidak melewati loket masuk, tapi males ah...).

Jalanan menuju Ratu Boko masih naik yah kira-kira setengah kilo dari loket masuk (ihh... lebayy). da
ri kejauahan sudah terlihat gerbang pintu masuk menuju keraton. Benar-benar elok, cocok bagi para penggila foto (akhir-akhir ini aq jg masuk dlm kategori ini, ^_^). setelah puas berfoto ria, langsung saja menyelusuri keseluruhan bagian keraton, mulai kanan ada alun-alun mini, pendopo keraton keputren yang ada kolam-kolam penampungan airnya dan memutar balik lagi menuju candi pembakaran yang ada sumur tuanya. konon sumur ini mengandung misteri (kata brosurnya sih) percaya gak percaya harus percaya deh.....

Di candi pembakaran inilah tempat paling pas menyaksikan sunset. arsitektur bangunannya yang tinggi ini berfungsi sebagai tempat pembakaran mayat. Bukannya terlihat menyeramkan, tapi justru menyuguhkan pemandangan yang luar biasa elok dan lepas. Gerbang masuk candi terlihat cantik bersanding dengan matahari senja dan mendung *_*(sayang dah gak bs foto2 lg hikz..). waktu menghantar matahari.