Friday, July 2, 2010

“Beta” ada di Bioskop


Bukan hanya lakon yang meyebut “gue” dan gemerlap mewah Jakarta saja yang tayang di bioskop-bioskop besar Indonesia. Cerita dari plosok pulau timur Indonesia yang jauh dari kemewahan pun layak menjadi tontonan. Tanah Air Beta, film produksi Alenia film yang digawangi oleh pasangan Ali Sihasale dan Nia Zulkarnaen. Seperti film-film sebelumnya, Alenia memproduksi film yang tak jauh-jauh dari tema keluarga, anak dan persahabatan. Dan masih dengan idealisme yang kuat dan menjadi nilai tambah bagi film ini yaitu tidak Jakartasentrisme seperti kebanyakan film lainnya.
Tanah air beta mengambil latar pasca jajak pendapat Timor Timur (sekarang Timor Leste) Agustus 1999. 



Untuk kecintaannya pada “merah putih” warga Pro-integrasi harus rela hidup di pengungsian yang jauh dari kata layak dan terpisah dari sanak keluarga. Dalam film ini ada Tatiana (Alexandra Gotardo) yang mengungsi ke perbatasan bersama anaknya, Meri (Grift Patricia), terpisah dengan suami dan anak laki-lakinya, Maruo. Seperti tak mau ambil resiko mengorek luka lama hubungan Indonesia-Timor Timur, Alenia tak terlalu jauh menampilkan dunia politik pos referendum.
Dikisahkan, Tatiana adalah orang yang peduli dengan pendidikan anak-anak di kamp pengungsian. Ia mengajar satu kelas yang terdiri dari beberapa anak beda usia, termasuk Putrinya. Disinilah kisah bermula, Carlo bocah kecil yang hidup sebatang kara di pengungsian. Sering usil dan menggoda Meri untuk mencuri perhatiannya. Carlo merindukan kehangatan keluarga, ingin punya adik dan sahabat. Sedangkan Meri merindukan sang kakak, Maru di Timor Leste. Persahabatan keduanya terjalin ketika Meri nekat pergi ke perbatasan Atambua untuk bertemu dengan kakaknya. Kondisi geografis yang gersang dan panas membuat keduanya harus berjuang, Carlo harus mengendap-endap mencuri air dan ayam. Bisa dibilang, Carlo yang tampil lugu dan kocak terlihat lebih natural menghidupkan suasana film ini. Sesuai dengan judulnya film ini tak melupakan unsur nasionalisme dengan menampilkan lagu-lagu nasional seperti “tanah air beta” dan “kasih ibu.”
Kilas balik Referendum Agustus 1999
Film ini mengingatkan kita pada cerita-cerita pahit selama Referendum, sebelum dan sesudahnya. Banyak tragedi kemanusiaan yang lagi-lagi rakyat sipil menjadi tumbalnya dan menyisakan trauma berkepanjangan. Joseph Nevins (Pembantaian Timor Timur: tragedi horor masyarakat Internasional) menyebutkan sekitar 2000 warga sipil Timor-Timur mati terbunuh ditangan militer Indonesia selama referendum dan 500.000 jiwa dipaksa mengunsi ke perbatasan. Sementara data lain menyebutkan 200.000 jiwa melayang. Di satu adegan film Tatiana Ketakutan sembari memeluk Meri ketika mendengar suara mirip tembakan. Mengisyaratkan betapa mereka masih merasa ketakutan dan dibayang-bayangi oleh kuasa militer. Tentunya hingga sekarang masih banyak pertanyaan yang bergelayut seputar referendum agustus 1999 dan belum menemui jawabnya...
OBRIGADO....

No comments:

Post a Comment

toelis komentarmu