Monday, August 15, 2011

Mbah Mo, Bakmi Legendarisnya Bantul

warung bakmi Mbah Mo (retnanda.blogspot)
Selain Geplak, Peyek Tumpuk, Mangut Lele dan Sate Klathak, Bantul juga terkenal dengan kuliner Bakmi Jawanya. Salah satu warung bakmi ternama di Bantul adalah Bakmi Mbah Mo yang terletak di pelosok desa di Bantul.
Warung Bakmi Mbah Mo memang terletak di tengah-tengah perkampungan Desa Code. Namun tak perlu khawatir, untuk menuju warung bakmi satu ini banyak papan petunjuk di sepanjang jalan hingga warung bakmi Mbah Mo.  Meski lokasinya cukup jauh dari kota Jogja, namun warung Bakmi Mbah Mo ini tak pernah sepi dari pengunjung. Setiap harinya ada saja rombongan yang mendatangi warung ini. 

Monday, August 8, 2011

Kenangan Ramadhan

Marhaban ya Ramadhan....

Almarhum Simbah kakung dan putri
Ini adalah ramadhan ke 24 ku kalau tidak salah, banyak cerita selama ramadhan yang saya lalui. Tentunya tidak semua peristiwa saya ingat satu-persatu dan bisa saya ceritakan satu persatu.

Sewaktu saya masih berusia 7-14 tahun, saya menghabiskan hari-hari di kampung halaman. Sebelum posoan, istilah lain dari bulan ramadhan, kami sekeluarga menyempatkan nyekar ke makam leluhur di 3 dusun; Tawang, Kampungbaru, dan Rekesan. Makam kedua simbah buyut dari simbah Kakung dan kerabat ada di dusun Kampungbaru, sedangkan buyut dari simbah putri beserta keluarga ada di dusun Rekesan. Makam kedua simbah saya ada Tawang. 

Setelah prosesi nyekar ke tiga dusun selesai, malam harinya ada selamatan kirim do'a dan menyambut posoan di rumah-rumah warga secara bergiliran, tak terkecuali di rumah saya. Saat itu nasi dan lauk pauk melimpah ruah dan tidak termakan, esok pasti bebek dan ayam kami juga kebagian rejeki. Semasa simbah putri masih ada, nasi-nasi itu akan kembali diolah menjadi opak puli.  Nasi akan dikukus bersama ramuan uyah bleng, lalu akan dicetak dan diiris-iris tipis dan dijemur dibawah terik matahari. Terkadang saya suka memakan opak puli sebelum dijemur :).

Tuesday, August 2, 2011

Jejak Peradaban yang Hilang

Situs Liyangan ditengah tambang batu
Saya merasa masih punya hutang untuk menuliskannya, jejak peradaban yang pernah ada dan hilang dikubur muntahan gunung berapi Sindoro. Jejak itu bernama situs Liyangan, dinamai Liyangan karena terletak di Dusun Liyangan, kecamatan Ngadisari Temanggung.

Kali ini adalah kunjungan pertamakali ke situs ini, memang tak semegah Candi Borobudur tapi tempat ini tetap menarik buat saya. Informasi tentang situs ini pun sangat minim, masyarakat temanggung belum tentu semua tahu keberadaan situs ini. Saya tahu situs Liyangan dari internet ketika googling tentang temanggung lalu tak sengaja menemukan keberadaan situs ini. 

Tahukah anda? kalau seluruh Dusun Liyangan ini tergali maka akan banyak ditemui jejak-jejak pemukiman kuno jaman Mataram. Di pucuk dusun terdapat penambangan batu-pasir dan kebun sayur.  Disana ada sebuah bangunan candi yang kini hanya menyisakan bangunan kaki candi dan  yoni memanjang tiga lingga, ditengah kebun kubis  terdapat lingga-yoni, dan  bangunan talud yang mengelilingi kebun dan pemukiman.

Dulu disekitar penambangan pernah juga ditemukan rumah kayu yang hangus terbakar,  ada juga bekas bendungan air dan saluran air kuno. Selain itu ditemukan juga  arca dewa-dewi, dan tembikar kuno. Namun sekarang tak semua jejak ini bisa kita jumpai disana. Banyak benda cagar budaya yang tercecer , terbengkalai  atau bahkan hilang karena tak ada yang peduli dengan situs ini. The question is "Kemana para arkeolog kita yaa???"

Beruntung siang itu saya bertemu seorang warga yang berbaik hati menemani saya keliling situs dan membagi cerita tentang situs ini. Abidin namanya, banyak cerita saya dengar darinya mulai dari hal-hal yang mistis dan ajaib sampai teori-teori para arkeolog tentang situs ini.

Seketika saya bisa membayangkan kehidupan masyarakat agraris masalalu di tempat ini, ada papan untuk mengolah jiwa, tempat berlindung, dan air kehidupan.

bangunan candi
Yoni dan Talud tengah kebun kubis
bebatuan yang terbengkalai