Sunday, March 25, 2012

Napak Tilas Ibu Kota Mataram Islam di Kotagede

kompleks makam Raja-Raja Mataram
Kotagede merupakan kota kuno dan bersejarah ketika jaman Mataram dan sesudahnya. Disinilah pertamakali Keraton Mataram berdiri dibawah titah Ki Ageng Pemanahan dan Panembahan Senopati. 

Seiring waktu, kotagede sebagai pusat kota Mataram berubah menjadi pemukiman warga biasa dan para abdi keraton yang menjaga pusaka kerajaan berupa petilasan dan makam anggota keluarga kerajaan. Meski waktu berjalan maju, kota ini tetap istimewa. Kotagede menyimpan rekaman sejarah budaya para penghuninya. 

Meski tidak lagi menyandang predikat sebagai pusat kerajaan mataram, jejak-jejak keberadaan Keraton masih bisa dijumpai melalui peninggalan petilasan dan cerita-cerita tentang tempo dulu yang hidup di masyarakat. 



Road to
Lokasi pertama yang bisa dikunjungi di Kotagede adalah situs Watu Gatheng milik Raden Rangga, genthong air dari batu yang digunakan Panembahan Senopati dan Sunan Kalijaga, dan batu petilasan singgasana Panembahan Senopati. Artefak-artefak tersebut bisa ditemui di sekitar komplek Cepuri, Purbayan. Jika beruntung, ruang penyimpanan artefak peninggalan Mataram Islam dibuka oleh juru kunci, kita bisa masuk dan melihat dari dekat. Tak hanya itu, juru kunci akan bercerita banyak tentang artefak-artefak tersebut. 

Tempat selanjutnya yang bisa dikunjungi adalah kompleks makam keluarga raja-raja Mataram. Dalam kompleks makam ini terdapat masjid agung, sendang kakung, dan sendang putri yang hingga kini masih disakralkan oleh warga setempat. Konon, mata air dari kedua sendang ini berasal dari pusara Panembahan Senopati. 

Seribu sayang, makam tidak dibuka setiap hari, hanya di hari-hari dan pasaran (tanggal jawa) tertentu. Peziarah yang memasuki kompleks makam ini pun diwajibkan untuk memakai pakaian adat jawa. Bersurjan untuk laki-laki dan berkemben untuk perempuan. 

Tempat berikutnya, jalan keluar kompleks makam belok kanan kita bisa menjumpai warung tradisional, "Sido semi" namanya. Suasanya warung cukup sederhana dengan meja kursi dan perabotan tempo dulu. Cocok sekali untuk sekali-kali bernostalgia membayangkan masa-masa 22 tahun silam, ketika restoran mewah belum ada. Cukup unik, jika kita cukup jeli. Ada beberapa tulisan beraksara jawa di atas papan kayu dan dinding. Ternyata warung ini menyimpan banyak cerita 

Tempat menarik lainnya bisa kita saksikan di Gang Soka. Kalau anda adalah pecinta arsitektur, pasti anda akan terpesona dengan bangunan omah kalong, rumah tradisional jawa limasan, dan joglo yang ada disana. Omah kalong adalah rumah besar yang dikerjakan dengan apik dan sangat artistik. Konon yang membangun omah kalong adalah kaum urban yang berprofesi sebagai tukang kayu. Ooo.. Pantas saja kalau begitu 

Sebenarnya banyak sekali rumah-rumah kuno bagus yang tersembunyi dalam lorong-lorong yang ada di Kotagede. Sayang sekali, banyak yang tidak terawat dan roboh akibat gempa Mei 2007 silam. Banyak juga diantara omah kalong sudah dimiliki oleh perseorangan dan kita hanya bisa memandang bentuk luar kemegahannya saja.

Omah Kalong di Lorong Gang Soka


Mushola, bagian dari omah kalong
suasana di warung "sido semi" -> yen selo so tutup :D

 

No comments:

Post a Comment

toelis komentarmu