Wednesday, May 30, 2012

Senja di Rel Kereta dan "5UKAB"

Dunia Sukab, Sepotong senja untuk pacarku
Sukab di "masyarakat bawah pohon"
Sedikit norak memang, tiba-tiba saya teramat sangat ingin berfoto bersama tulisan 5UKAB di rumah kontrakan "masyarakat bawah pohon" setelah berkenalan dengan @sukab_ di twiterland. Demi tulisan itu pula saya merelakan waktu istirahat sore yang cuma sejumput.Bertandang ke rumah para penyair lalu menikmati senja di rel kereta dan meluncur makan di angkringan dekat rel yang tersohor itu.

Sore lalu saya langsung membuat janji dengan Fathoni, salah satu kritikus syair penghuni kontrakan dimana Sukab berada. Sepulang dari tugas "menjaga" saya langsung meluncur ke kontrakan. Sial! saya teringat kalau batrai kamera saya menipis. Terpaksa saya harus kembali ke kos mengambil batrai lalu mengejar Sukab dan senja.

Sampai di kos saya bertemu Nely, si adik semata wayang. Dia sedang kelaparan dan tak punya uang untuk membeli makanan. Langsung saja kutawari traktir makan gratis di angkringan rel. Senang sekali rupanya dia, wajahnya berseri-seri. Kami pun berangkat berdua menuju Sukab dan rel, meniti jalanan tepi rel yang berdebu dan penuh batu kali. Di ujung timur sana, siluet matahari mulai memenuhi lanskap rel. ah tak sabar aku bertemu lalu berfoto bersama Sukab.

Sampai di Bawah Pohon, agak kecewa melihat tulisan Sukab ditutupi bangku kursi yang menghadap rel. Setelah basa-basi sedikit, saya langsung meminta Fathoni memindahkan bangku kursinya. Satu-kosong, saya langsung mengeluarkan kamera kecil saya dari tas lantas mengganti batrainya. Si bungsu Nely malu-malu, seperti biasanya, ia selalu malu-malu ketika berada di tempat asing dan orang asing. Ia gengsi melihat polah saya yang ingin berfoto bersama Sukab. Fathoni demikian, ia tak pede ketika kusuruh mengambil gambarku bersama Sukab. "Aku mben dino ning kene cong.. cong, isin" tukasnya. Setiap hari aku disini cong, -panggilan nama lainku, pelantjong menjadi Cong- malu aku.

Tulisan 5ukab, sudah lama sebenarnya saya melihat tulisan itu, sewaktu menaiki kereta  ke arah Ttmur maupun ketika lewat hendak menuju warung kopi Blandongan atau Kebun Laras. Tulisan Sukab sangat menonjol dari tepi rel, mungkin karena letak rumah yang ada di ketinggian dan tak ada penghalang ketika kita menatapnya. Tak ada pesaing tulisan itu disana, tak seperti jalanan raya yang penuh polusi iklan itu.

Hai.. Sukab, apa kabarmu?
Sebentar lagi kami akan menuju rel dan menyaksikan senja, membawa kopi dan gitar. Semoga senja kali ini tak kau kerat dengan pisau swiss yang selalu kau bawa lantas kau kirimkan pada Alina kekasihmu.















No comments:

Post a Comment

toelis komentarmu