Sunday, December 18, 2011

Candi Eksotis dan Erotis di Lereng Gunung Lawu

Candi Sukuh
Sengatan matahari dan langit biru menyertai perjalanan kami menuju kaki gunung lawu yang ada di kabupaten jawa tengah. Kami ingin mendatangi dua candi hindu yang unik, bentuk bangunannya aneh mirip dengan bangunan suku maya di mexico. Selain itu, dua candi tersebut juga terkenal erotis karena mempertontonkan seksualitas antara perempuan dan laki-laki. 

Kami memulai perjalanan dari jogja sekitar jam 9.30, karena bebarengan dengan libur panjang dan jalan macet, kami baru sampai dilokasi jam 2 siang. -Sebelumnya, kami mapir ke museum gula Gondang Winangun yang ada di jalan Jogja-Klaten-. Sayang sekali. Padahal di tempat ini banyak sekali destinasi wisata yang menarik untuk dikunjungi. 

Candi Sukuh
Well, sampai di daerah Jenawi Kami langsung bergegas menuju candi Sukuh. Candi ini memiliki tiga tingkatan dan satu candi induk yang mirip dengan bangunan suku maya. Ukirannya amat rapi dan detail, mempertegas bahwa candi ini dibangung semasa akhir pemerintahan Majapahit runtuh. Ada beberapa arca dan relief yang sangat vulgar mempertontonkan kelamin laki-laki, sedangkan seksualitas perempuan hanya digambarkan dengan bentuk segitiga yang menandakan rahim. 

Thursday, November 10, 2011

Soto Soerabaja

Suasana di "Soto Soerabaja"
Jogja kota multikultur, begitu kata beberapa orang yang saya temui. Jogja mempunyai iklim yang nyaman untuk belajar dan berkebudayaan, tentu saja hal ini mengundang banyak orang untuk memilih jogja sebagai tempat menimba ilmu.

eh, apa hubungannya ya? okei.. sebagai kota multikultur tentu saja bukan hanya orang-orang dari  pelbagai daerah  yang ada di Jogja, tapi juga masakan dari  pelbagai daerah dan beberapa negeri ada disini. Tak terkecuali, Soto Surabaja yang  ada di Jl. Veteran depan XT Square, orang Madura menyebutnya "Surbejeh" alias Soerabaia :)

ini dia sotonya.. slurrppp..
Bagi orang Jawa Timur yang rindu akan masakan daerah bisa menjajal Soto Soerabaja, rasanya dijamin tak ada bedanya dengan soto ayam yang kita makan di Jawa Timur, benar-benar maknyuss. Seperti namanya, warung ini hanya menyediakan menu soto.

Soto  Soerabaja tidak hanya menjual rasa makanannya, tapi juga suasana tempat yang nyaman  bertema "tempo doeloe." Di warung ini foto-foto suasana kota Indonesia tempo doeloe dipajang. Dan... yang membuat saya makin jatuh cinta adalah foto kuno besar orang-orang dahulu makan soto di emperan. Ah.. yang lama memang selalu baru, yang dahulu selalu terkenang.

Makan soto seharga 6000 rupiah tentu sebanding dengan rasa di lidah dan suasana nyaman di hati yang kita dapatkan. Ayo mencoba :)

Saturday, September 24, 2011

Cerita dibalik ceruk batu: Gua Pindul


menuju mulut si Pindul

Warga Gunung Kidul wajib bersyukur karena dibalik pemandangan bebatuan kars terdapat gua-gua cantik dan aliran panjang kali Oya. Aliran Kali oya melewati pegunungan kars dan celah-celah dibawah batu, dan akhirnya ikut berperan aktif selama jutaan tahun membentuk gua beserta perabotnya. Salah satu Goa cantik yang dilewati aliran kali oya ini adalah Gua Pindul, berada di 12 Kilometer Utara kota Wonosari. Letak administratif gua ini di Dusun Gelaran II, Desa Bejiharjo, Kecamatan kalimonggo Gunung Kidul.

Minggu lalu, jam 10 pagi kami berangkat bersepeada motor dari jogja menuju Gua Pindul. Karena masih tergolong obyek wisata yang baru, tidak banyak petunjuk arah menuju gua ini. Kami hanya mengandalkan informasi letak geografis dari internet, peta mbah Gugel, dan bertanya pada warga setempat. Alhasil, kami nyasar ke tiga penjuru arah, utara, barat dan timur:) karena tidak memperhatikan petunjuk yang diarahkan oleh warga setempat :D. Dan akhirnya waktu tempuh perjalanan yang seharusnya bisa ditempuh hanya dalam 1 jam menjadi 2 jam. Well, akhirnya kita sampai di lokasi jam 12.00

Sunday, September 18, 2011

Muncak ke Gunung Api Purba

lokasi gunung api purba Nglanggeran
Gunung api purba Nglanggeran, begitulah banyak orang menyebutnya. Jangan dibayangkan gunung ini teramat tinggi seperti gunung-gunung berapi layaknya, tingginya hanya 700 Mdpl. Bisa ditempuh dengan waktu 45 menit, itupun masih terbilang amat santai. Lokasi gunung ini terletak di Desa Nglanggeran, Patuk Gunung Kidul memakan waktu 30 menit dari Kota Jogja.

Keindahan bebatuan vulkanik gunung api purba Nglanggeran amat memikat. Pemandangan alam sekitar Gunung yang ciamik dan nuansa desa yang ramah semakin memikat. Gunung ini juga menyimpan banyak cerita masa lampau dan terus dipertahankan oleh penghuninya. Alasan-alasan itulah yang membuat saya ingin mengunjunginya.

Saturday, September 3, 2011

Mengunjungi Jalasutra

Sejak dulu saya suka pantai, semenjak kaki-kaki kecilku menapaki pasir dan dijilati ombak pantai. Merasakan seretan ombak dan berburu karang.  Kali ini saya bersama Nely mengujungi pantai yang berada di kabupaten Sebelah, sekitar 1,5 jam perjalan dari rumah saya di Kalipare. 

Pantai Jalasutra merupakan pariwisata pantai yang menjadi andalan kabupaten Blitar saat ini. Lokasi pantai ini ada di kecamatan Wates, bertetangga dengan kecamatan Donomulyo, Malang. Lokasi pantainya berada di balik bukit-bukit indah lahan pertanian warga disana. Kadang warna bukitnya hijau, kuning atau coklat. Warnanya tergantung musim bertani tentunya :).

Monday, August 15, 2011

Mbah Mo, Bakmi Legendarisnya Bantul

warung bakmi Mbah Mo (retnanda.blogspot)
Selain Geplak, Peyek Tumpuk, Mangut Lele dan Sate Klathak, Bantul juga terkenal dengan kuliner Bakmi Jawanya. Salah satu warung bakmi ternama di Bantul adalah Bakmi Mbah Mo yang terletak di pelosok desa di Bantul.
Warung Bakmi Mbah Mo memang terletak di tengah-tengah perkampungan Desa Code. Namun tak perlu khawatir, untuk menuju warung bakmi satu ini banyak papan petunjuk di sepanjang jalan hingga warung bakmi Mbah Mo.  Meski lokasinya cukup jauh dari kota Jogja, namun warung Bakmi Mbah Mo ini tak pernah sepi dari pengunjung. Setiap harinya ada saja rombongan yang mendatangi warung ini. 

Monday, August 8, 2011

Kenangan Ramadhan

Marhaban ya Ramadhan....

Almarhum Simbah kakung dan putri
Ini adalah ramadhan ke 24 ku kalau tidak salah, banyak cerita selama ramadhan yang saya lalui. Tentunya tidak semua peristiwa saya ingat satu-persatu dan bisa saya ceritakan satu persatu.

Sewaktu saya masih berusia 7-14 tahun, saya menghabiskan hari-hari di kampung halaman. Sebelum posoan, istilah lain dari bulan ramadhan, kami sekeluarga menyempatkan nyekar ke makam leluhur di 3 dusun; Tawang, Kampungbaru, dan Rekesan. Makam kedua simbah buyut dari simbah Kakung dan kerabat ada di dusun Kampungbaru, sedangkan buyut dari simbah putri beserta keluarga ada di dusun Rekesan. Makam kedua simbah saya ada Tawang. 

Setelah prosesi nyekar ke tiga dusun selesai, malam harinya ada selamatan kirim do'a dan menyambut posoan di rumah-rumah warga secara bergiliran, tak terkecuali di rumah saya. Saat itu nasi dan lauk pauk melimpah ruah dan tidak termakan, esok pasti bebek dan ayam kami juga kebagian rejeki. Semasa simbah putri masih ada, nasi-nasi itu akan kembali diolah menjadi opak puli.  Nasi akan dikukus bersama ramuan uyah bleng, lalu akan dicetak dan diiris-iris tipis dan dijemur dibawah terik matahari. Terkadang saya suka memakan opak puli sebelum dijemur :).

Tuesday, August 2, 2011

Jejak Peradaban yang Hilang

Situs Liyangan ditengah tambang batu
Saya merasa masih punya hutang untuk menuliskannya, jejak peradaban yang pernah ada dan hilang dikubur muntahan gunung berapi Sindoro. Jejak itu bernama situs Liyangan, dinamai Liyangan karena terletak di Dusun Liyangan, kecamatan Ngadisari Temanggung.

Kali ini adalah kunjungan pertamakali ke situs ini, memang tak semegah Candi Borobudur tapi tempat ini tetap menarik buat saya. Informasi tentang situs ini pun sangat minim, masyarakat temanggung belum tentu semua tahu keberadaan situs ini. Saya tahu situs Liyangan dari internet ketika googling tentang temanggung lalu tak sengaja menemukan keberadaan situs ini. 

Tahukah anda? kalau seluruh Dusun Liyangan ini tergali maka akan banyak ditemui jejak-jejak pemukiman kuno jaman Mataram. Di pucuk dusun terdapat penambangan batu-pasir dan kebun sayur.  Disana ada sebuah bangunan candi yang kini hanya menyisakan bangunan kaki candi dan  yoni memanjang tiga lingga, ditengah kebun kubis  terdapat lingga-yoni, dan  bangunan talud yang mengelilingi kebun dan pemukiman.

Dulu disekitar penambangan pernah juga ditemukan rumah kayu yang hangus terbakar,  ada juga bekas bendungan air dan saluran air kuno. Selain itu ditemukan juga  arca dewa-dewi, dan tembikar kuno. Namun sekarang tak semua jejak ini bisa kita jumpai disana. Banyak benda cagar budaya yang tercecer , terbengkalai  atau bahkan hilang karena tak ada yang peduli dengan situs ini. The question is "Kemana para arkeolog kita yaa???"

Beruntung siang itu saya bertemu seorang warga yang berbaik hati menemani saya keliling situs dan membagi cerita tentang situs ini. Abidin namanya, banyak cerita saya dengar darinya mulai dari hal-hal yang mistis dan ajaib sampai teori-teori para arkeolog tentang situs ini.

Seketika saya bisa membayangkan kehidupan masyarakat agraris masalalu di tempat ini, ada papan untuk mengolah jiwa, tempat berlindung, dan air kehidupan.

bangunan candi
Yoni dan Talud tengah kebun kubis
bebatuan yang terbengkalai



Wednesday, July 13, 2011

Parade Encek

ilustrasi: ibu-ibu membawa encek (dok. wonogiri.go.id)
Pagi hari di Sukowilangun hari pertama tahun ajaran baru pasti banyak pemandangan anak SD membawa encek diatas kepalanya. Sekilas, jika anak SD kelas 1 yang membawa encek akan terlihat lucu karena encek lebih besar tinimbang besar tubuhnya :). Bayangkan saja jika ada barisan anak berseragam bertubuh mungil  membawa encek diatas kepalanya melintas di depan rumah, seperti parade... kami menyebutnya dengan encek'an (membawa encek.)

Encek adalah wadah tumpengan yang terbuat dari gedebog pisang yang dibentuk segiempat dan jaring-jaring bambu. Agar encek bisa dibuat untuk menampung nasi dan lauk pauk harus ada daun pisang yang ditaruh diatas jaring-jaring bambu. Biasanya encek dibuat untuk nampan sajian upacara selamatan.

Jaman saya dulu (1993-1999), termasuk saya dulu juga begitu, di akhir liburan saya sudah heboh meminta bantuan mbah kakung membuatkannya (sewaktu masih bugar dan sehat alfiat) dan mencari keperluan rupa-rupa isi encek yang akan dibawa keesokan paginya. Para ibu yang punya anak tingkat SD juga pasti sibuk membuat ragam menu isi encek. Mereka harus bangun pagi-pagi dan menyapa dapur agar encek siap sebelum jam sekolah. Biasaya isi standar encek berupa nasi, telur dadar, srundeng dan sambal goreng kering.

Sebenarnya encek bukan sebuah keharusan jika orang tua siswa tidak mampu. Namun entahlah, belakangan ini encek bergeser menjadi sebuah kewajiban dan akhirnya menjadi beban orang tua. Isi penganan dalam encek cukup dimakan berempat, jadi meski tak semua anak membawa encek pasti kebagian.

Balik lagi ke cerita saya, ketika encek sudah siap dan saya memakai seragam bersih nan rapi, meski mamakai seragam lungsuran (jaman dulu baju lungsuran turun temurun sangat lumrah). Setelah itu segera saja saya menaikkan encek ke atas kepala dan segera bergegas. Di jalan menuju sekolah sudah banyak teman-teman saya yang juga membawa encek. Sesampai di sekolah, encek masuk kelas dan baru dikeluarkan menjelang selametan dan doa bersama dimulai.

Tanpa menunggu komando anak-anak berbaris rapi di teras kelas yang memanjang sesuai dengan barisan encek. Tamu undangan selamatan sudah di ruang kelas, selamatan segera dimulai, dari ruang kelas terdengar do'a-do'a harapan agar proses belajar setahun kedepan lancar dan berkah. Setelah do'a ditutup barulah para siswa boleh menyantap encek yang ada didepan mata beramai-ramai dengan sukacita. Satu encek dimakan berdua atau bertiga, jika tidak habis encek akan kembali dibawa pulang ke rumah.

Tradisi encek'an sudah mengakar sedari dulu, meskipun beberapa tahun lagi encek bukan lagi berupa gedebog pisang melainkan plastik atau kardus. Namun nilai encek'an tetap harus bermakna, melambangkan rasa syukur dan do'a.

   


Sunday, July 10, 2011

Twitteran via SMS

Yakinlah kalau suatu hari teknologi bukan hanya menjadi milik orang-orang berduit, teknologi bisa dinikmati oleh semua kalangan dan bukan lagi barang mewah. 

Dulu, tahun 2000an sedikit sekali orang yang bisa memiliki Handphone (Hp) dan merasakan kemudahan berkomunikasi. Sekarang beda, hampir semua orang memiliki Hp dari anak SD sampai nini-nini mengantongi Hp dari berbagai merek. 

Kemudahan semakin terjangkau, apalagi Hp jaman sekarang sudah dilengkapi fitur-fitur menarik dan bisa terhubung dengan internet, lengkap dengan aplikasi jejaring sosial dan membuat kita semakin autis ketagihan di depan layar Hp. Hampir semua orang menyadari bahwa jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter bisa menjembatani orang bertemu tanpa tatap muka dan saling berbagi. Perusahaan telekomunikasi sekarang juga beramai-ramai menawarkan tarif murah atau gratis akses internet lewat Hp. Sayangnya, tak semua Hp bisa mengakses internet, hanya Hp yang dilengkapi gprs atau 3G yang mungkin.

Tak usah khawatir, banyak sekali cara untuk mengatasi keterbatasan perangkat teknologi dan menawarkan banyak kemudahan. Meskipun perangkat Hp yang anda gunakan hanya mampu digunakan untuk mengirim SMS dan Telepon, berlayar hitam abu-abu anda masih bisa ber-Twitter dan terhubung dengan dunia yang lebih luas. Sayangnya fitur yang tersedia di Twitter ini masih berbayar Rp. 1500,- per minggu atau 5.000,- per bulan. Pengen tahu lebih lanjut? berikut ini tutorial ber Twitter ria lewat SMS

Hal pertama yang harus kita lakukan adalah:
  • pengaturan awal
->> klik setting di bagian kanan atas







->> lalu klik menu mobile







->> isi data yang diminta dengan benar










->> baca perintah dengan seksama,  lalu kirim sms berisi kata dalam kotak tanda panah ke nomor 89887 untuk verifikasi

Beberapa saat kemudian anda akan menerima SMS konfirmasi dari Twitter, apakah pengaturan sudah berhasil atau tidak.










->> jika nomor anda sudah terverifikasi, akan muncul pengaturan pengiriman notifikasi dsb. Atur sesuai kebutuhan anda














  • Langkah terakhir, jangan lupa untuk memperhatikan perintah untuk menjalankan Twitter via SMS


















Sekarang, ber-Twitter seperti ber-SMS dan harga menjangkau kantong, tak perlu mengganti Hp anda dengan Hp berfitur canggih. Silakan bereksperimen... selamat ber Twitter ria

Tuesday, July 5, 2011

Jogja: kampung halaman keduaku

Merapi (jupri.wordpress)

Simbol filosofis (ajengsekar.blogspot)

Saya pertamali mendatangi jogja dulu sewaktu liburan SMA kelas 2 tahun 2003, saat itu sedang ada pesta akbar Pramuka se-Indonesia di Prambanan. Ya, saya termasuk dalam salah satu anggota kontingen putri Kota Malang. Saya berkesempatan untuk tinggal, jalan-jalan dan berpesta selama 10 hari di Jogja dan Magelang.

Kunjungan kedua saya saat kelas 3 SMU ketika mengadakan studi tour kearah Barat, jatuhlah pilihan pada Ngawi, Solo, Jogja dan pulang kembali menyusuri daerah pantai Utara Jawa karena kami merencanakan ziarah ke makam para Wali. Kedua kunjungan saya ke jogja belum membuat jatuh hati sepenuhnya. Baru ketika saya jatuh cinta pada orang asli Jogja saya semakin menggilai kota ini. Kota nyaman untuk belajar, berbudaya dan membaca buku.

Saya memutuskan memilih salah satu universitas di Jogja dan mengambil studi Tafsir&Hadis di Universitas Sunan Kalijaga. Kenapa musti Jogja? alasannya klise, karena orang tua tidak mengijinkan saya memilih Jakarta->> sarang penyamun. hmmm jawaban lainnya karena saya ingin mencicipi manisnya jalan-jalan di Jogja seperti yang dulu pernah saya rasakan dan menjelajah. 

Tuesday, June 28, 2011

Keroncong ala Kadarnya

keroncong seadanya

Malam ini, saya bersama kawan, menyempatkan waktu untuk menjawab rasa penasaran saya terhadap aksi keroncong di RT sebelah yang digelar setiap malam Sabtu. Sesampai di lokasi saya sempat bingung dan terheran-heran, ada spanduk tulisan 'Paguyuban Keroncong' namun justru lagu campursari yang terdengar. Di lokasi hanya ada beberapa bapak-bapak duduk santai sambil menunggu giliran bernyanyi (mirip suasana karaokea deh.. ^^). Beberapa menit setelah lagu campursari habis barulah saya mendengar 'tanah airku', lagu keroncong yang sering dilantunkan diva keroncong Sundari Sukotjo.

Tak lama kemudian bapak yang sedang berada di panggung mempersilakan saya dan kawan untuk duduk bersama warga lainnya menikmati malam keroncong.

Saya juga sempat bingung tidak melihat ukulele, biola, gitar, sitar dan peralatan standar lainnya. Di panggung sederhana hanya ada orgen tunggal yang dimainkan bergiliran dan mic ^^. Hmmmm... meski dengan peralatan seadanya, mereka tetap nyaman dan terhibur (hhehe daripada ke karaokean musti sewa).

Diantara gempuran musik televisi mereka tak melupakan Keroncong, musik asli Indonesia. Meski tidak seperti keroncong asli, semangat mereka untuk tetap melestarikan budaya patut diacungi jempol. Mereka membangun kesadaran kolektif untuk menjaga warisan musik keroncong dan menularkannya pada keluarga, anak dan cucu.

bagaimanapun caranya yang penting keroncong.... The Music of my country

Wednesday, June 22, 2011

Menikmati Jazz ala Jogja

atmosfir bernyanyi @jazz mben senen


Alunan saxophone, piano, bass, gitar dan gebugan drum bergema di area Bentara Budaya Yogyakarta (BBY) setiap senin malam. Karena itu, pagelaran jazz ini dinamai 'Jazz mben senen'. Pengunjungnya bukan orang-orang berdasi atau berpakaian necis, cukup dengan sandal jepit pun sudah sah menghadiri pagelaran ini. Itulah istimewanya hiburan ala jogja..sangat bersahaja.

Setiap Seninnya pegelaran ini dimulai setiap jam delapan dan hampir tak pernah absen di hari senin. Pagelaran Jazz mben senen tidak dipungut biaya alias gratis bagi para penontonnya. Tapi ada kotak saweran alias kotak todongan seikhlasnya yang diputer. Dari hasil sawearan itulah mereka membiayai biaya operasional pagelaran. Makanya gratis...^^

Jazz mben senen bukan hanya tempat musisi yang sudah mahir ngejam, banyak diantara pemainnya yang masih dalam tahap pemula bahkan amatiran. Banyak pula musisi muda yang memanfaatkan pagelaran ini untuk belajar dan berbagi soal teknik ngejazz yang benar. Jadi jangan kecewa kalau kadang suara musiknya terdengar kurang enak di telinga. Atau terdengar aneh karena faktor lain.

Permainan musik jazz memang unik, bebas berekspresi namun ada aturannya masing-masing. setiap pemain bebas berimprovisasi dan saling menghormati dengan memberi kesempatan pemain lainnya untuk unjuk kebolehan. Mendengar jazz sama halnya mendengarkan percakapan yang tak terduga, itu kata Seno Gumira. Hmm.. selebihnya di balik Jazz banyak hal yang bisa kita pelajari.

mari kita mencari

Penggebuk drum cilik beraksi


Sunday, June 19, 2011

Kangen Pertunjukan yang Mencerahkan

(dari rumahmimpi.net)

Saat "Laskar dagelan" pentas di rumah sendiri kemaren  di Taman Budaya(14/6/2011). Saya juga ikut penasaran dengan aksi panggung mereka. Ternyata sangat menghibur, lucu khas guyonan Jogja yang kaya kosakata plesetan namun tak kosong dari kritik terhadap peristiwa teraktual. Laskar Dagelan berlatar keseharian masyarakat Yogyakarta pasca guncangan status keistimewaan dengan persoalan individu masing-masing lakon.

Karena jenis pertunjukan drama musikal plesetan, laskar dagelan berkolaborasi dengan group musik hip-hop Kill the Dj yang mengusung Hip-Hop jawa. Lirik-liriknya sangat jawa bahkan mayoritas liriknya diadopsi dari mantra kitab klasik jawa dan paribahasa jawa. Sungguh Jogja...

Salah satu isu yanng diusung Laskar Dagelan adalah status keistimewaan Jogja. Jogja memang istimewa, meskipun pemerintah mengulur status keistimewaan Jogja, Jogja tetap istimewa di mata masyarakat Indonesia. Jogja bukan sekedar kaya dengan budaya tradisional saja, tapi juga membuka diri untuk berbagai budaya dan kesenian. Kota ini terus tumbuh dan menjadi pionir budaya bagi Indonesia. Tidak istimewa dalam hal budaya, Jogja juga memiliki keistimewaan di bidang lainnya.

Thursday, June 9, 2011

Eksotisme Air Terjun Sri Gethuk


Curug Sri Gethuk (dok. Budi Mbol)

Siapa sangka kalau daerah Gunung Kidul yang nampak gersang dan didominasi dengan pemandangan bebatuan kapur ternyata menyimpan wisata air yang tak kalah elok jika dibanding Green Canyon yang ada di Ciamis. Curug Sri Gethuk namanya, tapi warga sekitar menyebutnya dengan curug Slompret karena pada malam-malam tertentu sering terdengar bebunyian slompret dan berbagai alat musik lainnya dari curug ini.

Curug Sri Gethuk ini bisa kita temui di desa Bleberan, Playen Gunung Kidul. menempuh sekitar 1,5 jam dari Jl. Wonosari. Sayang jalan menuju curug eksotis ini sangat tidak layak disebut jalan. Jalanan masih berupa bebatuan kapur dan tanah. Di kala musim kemarau jalanan seperti mungkin akan menimbulkan banyak debu. Ehem..minggu lalu saya dan lima kawan baruku mengunjungi curug ini.

alright.. sesampai di jalan terakhir yang bisa dilalui motor, kami harus melewati bantaran sawah dan anak tangga. Cukup jauh dari tempat kami memarkir motor. Mungkin beberapa bulan lagi jalan menuju curug Sri Gethuk bisa dijangkau dengan mudah. Di hari itu kami menyaksikan alat berat yang menggerus bebatuan kapur untuk dijadikan jalan menuju curug.

Curug Sri Gethuk memang elok, meski memasuki musim kemarau debit airnya lumayan deras. Sayang sekali tak ada sampan yang mengarungi kali oya seperti kata wijna (mblusuk.com). Tak apalah, untungnya saya sedikit-sedikit bisa berenang dan banyak bergaya batu ^^.


Berhati-hatilah kalau ingin berenang di kali Oya, arusnya cukup deras dan dalam.  Saya sendiri hampir terhanyut arus jika tidak menggandeng tangan Koh Yon (kamsia koh). Bebatuan kalinya juga lumayan tajam, bisa saja menggores kulit.

Selain air terjun, di kompleks desa Bleberan juga terdapat goa yang tak kalah eksotisnya (berpikir ala orientalis neh ^^). Sepertinya goa-goa disana juga masih digunakan ritual orang-orang kejawen. Disana bisa kita dapati tempat-tempat khusus semedi dan membakar dupa, jadi jagalah sikap anda disekitar sini, sekedar menghormati.

Indonesia indah disetiap jengkalnya. Karenanya Aku cinta Indonesia.

Aliran air terjun (dok. Adit, Mar, n Budi)
elok pokoknya (dok. Budi, Adit, Mar)

Pose (dok. bertiga)




Behind the process: saya kurang bersemangat menulisnya :(

Friday, April 1, 2011

Sejenak Bernostalgia di Parakan

Pecinan di Jl. Bambu runcing
Siang hari udara di Parakan masih segar, panas terik tak begitu terasa. Mungkin karena letaknya yang berada di bawah kaki gunung Sindoro-Sumbing. Aktifitas di pasar kayu di siang hari masih ramai, riuh rendah bersama suara kemerincing andong yang berlalu-lalang.

Dahulu, Parakan adalah pusat pemerintahan kabupaten Manoreh pada jaman kolonial Hindia Belanda. Semasa Kolonial Belanda, kota ini memegang peranan penting sebagai wilayah perkebunan, penghasil tembakau dan pusat administrasi. Jauh sebelum itu, Parakan adalah pusat peradaban pada masa kerajaan Mataram kuno. Sisa kejayaan Mataram Kuno  kini menyisakan bangunan candi Hindu di Dusun Pringapus, Gondosuli, dan jejak pemukiman Mataram kuno di Liyangan.  

Thursday, March 24, 2011

Gula dan Mebel dari Pasuruan untuk Dunia

Bangunan tua di salah satu sudut Pasuruan
Kota Pasuruan menyimpan banyak kenangan, kota tua yang dilintasi jalan Daendels ini dulu pernah berjaya dan dikenal dunia karena gula. Pada masa kolonial Belanda seorang pejabat pertanian bernama Dr. IHF Sollewijn Gelpke membangun stasiun penelitian untuk industri gula. Siapa tahu, pada zamannya pasuruan berkontribusi besar pada dunia karena mampu melahirkan varietas tanaman tebu yang tahan penyakit.

Friday, March 18, 2011

Jelajah Timur Pulau Jawa Part #2

Kawah Ijen (eksotis atau memprihatinkan?)

Kawah ijen bertabir
Saya beranjak meninggalkan kota Banyuwangi pada pukul 08.00 menuju arah terminal Perot-Kecamatan Licin atau Desa Jambu yang biasanya dilewati oleh Truk pengangkut belerang dari kawah Ijen. Ternyata suasana di terminal Perot cukup lengang, tidak ada angkutan desa, hanya ada satu mobil pickup yang dirancang seperti angkutan. Menurut informan, angkutan menuju Desa Jambu memang langka dan mahal karena jarang penumpang dan kondisi jalanan yang rusak parah. untuk sampai disana kita perlu menyewa kendaraan atau ojek paling tidak seharga 25.000,- cring** per orang. 

Dengan terpaksa saya menyewa pickup menuju Jambu karena tak ada pilihan lain. Sepanjang perjalanan ke Jambu jalanan rusak, lapisan aspal sudah pada mengelupas, membuat badan pickup yang ku tumpangi tak henti-hentinya menguncang badanku. Untungnya, pemandangan sekitar mampu mengobatinya, sebelum sampai di Jambu kami melewati perkebunan Kali Bendo yang sejuk, sepanjang jalan dipenuhi dengan deretan tanaman kopi, coklat, cengkeh dan karet. Tak terasa, kami sudah sampai di tempat tujuan menanti truk pengangkut belerang lewat.

Sunday, March 13, 2011

Tulisan Teristimewa^^

ini tulisan pertamaku di Media (dibantu editing Mas Aal Ali Usman), sebuah proses belajar menulis yang tak bakal terlupa ^^. Di hari itu komunitas bambu runcing memiliki arti, e.. sekarang kemana ya.. komunitas itu??


Judul Buku: Belajar Sejati Vs Kurikulum Nasional, Kontestasi Kekuasaan dalam Pendidikan Dasar
Penulis: Y. Dedy Pradipto
Penerbit: Kanisius, Yogyakarta
Cetakan: I, 2007
Tebal: 271 halaman


Sebuah stereotip terkenal menyebutkan, "pendidikan adalah jantung negara, maka untuk menilai maju tidaknya suatu negara, bisa ditengok dari kualitas pendidikannya". Pendidikan merupakan barometer untuk bisa melahirkan para pemimpin bangsa yang "berkualitas", sekaligus nantinya diharapkan dapat memimpin bangsa ini sesuai dengan cita-cita luhur bersama.


Kita tak perlu segan mengakui, setelah kurang lebih 62 tahun Indonesia merdeka, sistem pendidikan di negeri ini seperti kehilangan "ruh"nya alias belum menemukan jati dirinya. Fenomena "gonta-ganti" kurikulum misalnya, mesti selalu terjadi setiap pergantian pemerintahan atau menteri. Sebut saja kurikulum 1984, 1975, 1994, CBSA, KBK, dan yang teranyar KTSP, secara nyata semakin mengukuhkan anggapan masyarakat selama ini bahwa memang terjadi curat-marut dalam pendidikan kita.
Ditambah lagi dengan persolan akses pendidikan yang tidak merata. Artinya, pendidikan yang semestinya dapat dikenyam oleh semua lapisan masyarakat, tetapi pada kenyataannya masih banyak generasi bangsa dari masyarakat miskin yang tidak sekolah lantaran mahalnya biaya pendidikan. Maka berangkat dari kegalauan itulah, muncul pendidikan alternatif- eksperimental yang digagas YB Mangunwijaya (alm) dan diwujudkan secara konkret dengan mendirikan Yayasan Dinamika Edukasi Dasar (DED) dan Sekolah Dasar Kanisius Eksperimental Mangunan (SDKEM) sebagai reaksi atas anggapan kurang tepatnya kurikulum nasional yang dibuat pemerintah.

Saturday, March 12, 2011

Jelajah Timur Pulau Jawa part #1


Taman Nasional Baluran

gunung Baluran dari atas menara
Perjalanan ke ujung timur pulau jawa kami awali sekitar jam 03.00 dari Yogya, melewati jalur Japanan (mojokerto) untuk menghindari kemacetan-Pasuruan-Probolinggo-Situbondo dan berhenti di pos masuk taman nasional di Batangan. Taman Nasional Baluran terletak di jalur lintas banyuwangi dan bisa dijangkau dengan kendaraan umum, terletak di ujung timur kabupaten Situbondo tepatnya.

Sesampai di pintu utama taman nasional kami langsung disambut hangat oleh petugas jaga, namanya pak Tikno. Awalnya, kami tidak diperbolehkan untuk masuk karena jam berkunjung sudah lewat. jam berkunjung taman nasional 08.00-17.00. Karena kami datang jauh-jauh dari luar provinsi, akhirnya diijinkan masuk menuju penginapan di Bekol. Asikkkkk...

Pengojek yang mengantarkan kami cukup ramah, tahu segala macam cerita tentang Baluran ini. Malam hari di Baluran gelap gulita tanpa sinar lampu, bulan pun enggan nampak tertutup mendung. sepertinya bukan waktu yang tepat untuk berkunjung. Hiks...hujan deraspun turun, membuat sepeda motor yang kami tumpangi berkali-kali tergelincir, ber-offroad ria


@Bekol

Sesampai di Bekol, tak ada penginapan yang tersedia buat kami, tapi petugas setempat memberi tempat di aula. Alhamdulillah... gratis cring***. ternyata disana kami tidak sendiri, ada 7 mahasiswa IPB yang sedang melakukan penelitian di TN Baluran.

Friday, March 11, 2011

Menjemput Matahari Pertama di Puncak Suroloyo

matahari pertama (foto:mas Budi Mbol)
Melihat matahari terbit bisa ditemui saban 24 jam sehari, yang istimewa kalau melihat matahari terbit ditempat yang tinggi halangan, tentu istimewa. Inilah yang saya lakoni bareng adik dan teman saya sewaktu malam pergantian tahun 2011 lalu. "Menjemput matahari pertama."

Ide menjemput matahari pertama sudah kita rencanakan jauh hari sebelumnya, menempuh ketinggian puncak Suroloyo kita tetapkan sebagai lokasi penjemputan. hihiy.... negeri atas angin yang sudah lama sekali ingin saya kunjungi.

Akhirnya, setelah dar'''' der'''' dor''' kembang api pergantian tahun selesai dan makan es krim di pelataran malioboro, kita cabut ke TKP.

Perjalanan memakan waktu sekitar 2 jam dari jantung kota Yogya, menempuh jl. Godean hingga perempatan Nanggulan, belok kanan lalu menyusuri jalan menuju arah bukit Suroloyo. ah, saya sudah lupa jalannya. Kondisi jalan menuju Suroloyo berkelok-kelok, dan menanjak, butuh motor yang tangguh dan sehat. Kalau tidak, saya tidak berani tanggung keselamatan anda. hehehehe...

Sebelum mencapai Suroloyo, kami bertemu dengan teman baru, namanya mas Adit dan Budi. Mereka sedang berhenti sembari menunggu mesin motor dingin, karena tak kuat melewati rintangan, dan faktor "L". Mereka salah jalan, mengambil jalan yang terlalu menanjak.

Sampai di jalan terakhir yang bisa dilalui motor, kami harus melewati anak tangga yang tak terhitung jumlahnya owwwwww... napas sudah kembang kempis ketika kami berhasil melewati anak tangga terakhir. Sampai di puncak, hari masih petang, kabut menerjang dan lampu-lampu pemukiman warga masih berkelap kelip, ayam berkokok lalu suara adzan subuh menggema. Saatnya menikmati sinar matahari pagi dan hembusan kabut sisa malam...

Hmmm.. kami banyak berpapasan dengan pengunjung lainnya yang juga ingin menyambut matahari. Sebenarnya di sekitar bukit utama Suroloyo ada tiga atau lebih. Tapi sepertinya bukit yang kami tuju ini yang paling tinggi dan memiliki tapak tilas sejarah. Yuuuukk mariiii... ^^



Monday, January 31, 2011

Membuat Pupuk Cair

warga bergotong royong membuat bak penampungan kencing sapi
(foto: forumwarga.net)
Dunia pertanian samasekali asing bagi saya, meski saya dibesarkan di keluarga petani -kakek dan buyut saya petani- tak banyak membuat saya tahu banyak soal cara bertani. Sejak kecil saya tidak akrab dengan sawah dan kebun. Jadinya ya seperti ini, pengetahuan saya NOL besar soal merawat tanaman. Untungnya saya masih punya kesempatan untuk belajar bersama petani di Dusun Treko Sawangan Magelang. 

Selama ini mereka selalu membeli pupuk cair yang per setengah liternya dihargai 35 ribu rupiah. Dari kang Muhidin, petani Dusun Wonolelo, saya baru tahu ternyata pupuk cair tersebut berasal dari urin sapi alias kencing sapi yang dikemas. Olalala... sebenarnya itu semua bisa didapat dari kandang-kandang ternak warga setempat, gratisss -cringg**.

Saturday, January 22, 2011

Menjelajahi Malang #Part1

Tanah lot-nya Jawa

Sebenarnya saya sudah menyadari bahwa saya terlalu asing menapakkan kaki di kabupaten kelahiran saya ini. Banyak tempat-tempat yang belum terjamah, hanya melihatnya lewat foto dan mengira-ngira dari cerita teman yang pernah berkunjung. Sebut saja pantai Balekambang, Masjid yang disebut "tiban", petirtaan Watugede, dan stupa Sumberawan. Mungkin tak banyak kawan yang berminat "mbolang" untuk sekedar tahu meredam penasaran dan menelusuri sejarah atau iklim orang-orang malang yang terlalu metroplitan?

Bulan lalu, saya dan mbak Hilya berkesempatan berkunjung ke Malang. -menyelam sambil minum air-Tanpa pikir panjang langsung saja kita tentukan spot wisata: Pantai Ngliyep, Balekambang dengan tanah lotnya, Masjid Tiban dan Singosari. Hari Pertama di Malang, sekitar jam 10 siang kami bertolak ke arah selatan menggunakan motor (pinjaman**). Tugas utama kami memastikan lokasi pelatihan di daerah Desa Kedungsalam. Sepanjang perjalanan menaiki jalanan gunung, kami disuguhi dengan pemandangan cantik, Gunung Kawi, waduk Karangkates, dan hamparan tanaman menghijau  dari ketinggian. Waw... ternyata saya mempunyai daerah begitu elok.

Monday, January 17, 2011

Korban Budaya Pop, 4l4y Nation dan EGYD (ejaan gaul yang disempurnakan)

2licnx luthuw2, 4d 4n9k4x, b3zaR-Ke7il, jD p3n93nH Kt4wa eaa... Truzzz aqyu gugh B1z4 B4ca 9itcHu (ah rumitnya EGYD...)

kira-kira begini opini publik tentang 4l4y
Gaya anak muda selalu berubah disetiap masa. Gaya anak muda tahun 80an tentu berbeda jauh dengan gaya anak muda tahun 2000an. Dari tahun ke tahun tetap saja ada persamaan kawula muda ibukota maupun di daerah-daerah, mereka menjadi korban budaya pop yang digembar-gemborkan oleh media televisi maupun radio.

Mari kita ingat-ingat apa yang terjadi di tahun-tahun sebelumnya, ketika manyoritas kita latah dengan kata "Kasian deh lu..", "OMG", dan "capek deh.." kata yang dipopulerkan oleh Aming saat itu sontak mengawali tren. Saya tidak memungkiri pernah mengucapkan kata-kata itu dan baru-baru ini sadar kalau saya juga pernah menjadi korban budaya pop hehhehehehe..