Sunday, June 24, 2012

icip-icip di Omah Sinten

Kaki-kai kami sudah tak karuan rasanya, kombinasi lama berdiri dan mengintari pasar dan the house of danar Hadi.. Perut kami sedari tadi juga minta diisi. Sesuai rencana, kami akan icip-icip menu Omah Sinten yang berada di Ngarsopuro. Bapak becak yang menunggui kami segera sigap mempersilakan kami naik kembali, menuju Ngarsopuro.

*** 
Matahari mulai merunduk di barat, tanda senja akan datang. Becak yang kami tumpangi mulai memasuki kawasan Ngarsopuro, lewat pasar antik triwindu yang sudah tutup, melewati jalan pedestrian dengan lampu-lampu dalam sangkar dan bangku-bangku kosong. Si Pengayuh becak menghentikan becaknya di ujung pertigaan jalan kawasan Mangkunegaran, ya inilah Omah Sinten yang pernah dibicarakan salah satu kenalan di blog pribadinya.


Joglo coklat dengan penutup kere dan suasana hijau dedaunan menyambut kami. Pramusaji yang sedari tadi bersiap menerima tamu, tersenyum ramah mempersilakan kami mengambil posisi duduk lalu menyodorkan daftar menu Omah Sinten. Ia meninggalkan kami berdua berlama-lama memilih menu dan mencermati harga. Woaw.. harga menu Omah Sinten mahal sangat, tidak ada menu minuman maupun masakan dibawah 15 ribu per-porsinya. Mas Pacar yang sehari-hari bergaul dengan para borjuis tak terlalu kaget dengan harga  menu Omah Sinten, raut mukanya santai saja. Jiambu.. -batin saya.

Saya memilih menu yang paling logis menurut saya, tidak neko-neko dan ramah kantong. Pilihan jatuh ke menu Bakmi godhog ala Omah Sinten Seharga 22 ribu *cringg. Mas pacar memesan nasi goreng beserta es buah yang disiram sirup warna merah menggoda.

tak lama kemudian si pramusaji datang menghidangkan minuman yang kami pesan, lalu kembali lagi dengan camilan keripik singkong yang katanya bagian dari service ala resto Omah Sinten. Sembari menunggu makanan yang kami pesan, kami sibuk dengan aktivitas masing-masing. Mas pacar dengan gadgetnya dan saya mulai beraksi membidik suasana omah sinten dengan lensa si kodok putih.

Pesanan makanan kami sudah datang, terhidang diatas meja. Bakmi godhong yang saya pesan terlihat seperti mie goreng berpita lebar biasa, seperti bakmi di jawa timur. Icip sedikit, rasanya biasa saja, tak nendang seperti bakmi mbah Mo Bantul. Sedang nasi goreng pesanan mas pacar terlihat begitu menggoda aromanya, icip sedikit. Hmmm nikmatnya sesuai harum aromanya.

Saya tak mujur memilih menu kali ini. Rasa minuman yang saya pesan pun juga tak terlalu istimewa, perasan jahe dicampur dengan tape singkong tak memberi rasa di lidah. Agak tawar.

Saya memendam kekecewaan icip-icip di Omah Sinten, tapi bangga sudah mampir kemari. Sebaliknya mas pacar merasa puas dengan semuanya. Suasana, sajian menu, dan konsep tempat. Ia bahkan ingin mengulanginya kembali :D
Joglo Omah Sinten

Suasana Omah Sinten

mari makan..



No comments:

Post a Comment

toelis komentarmu