Sunday, December 18, 2011

Candi Eksotis dan Erotis di Lereng Gunung Lawu

Candi Sukuh
Sengatan matahari dan langit biru menyertai perjalanan kami menuju kaki gunung lawu yang ada di kabupaten jawa tengah. Kami ingin mendatangi dua candi hindu yang unik, bentuk bangunannya aneh mirip dengan bangunan suku maya di mexico. Selain itu, dua candi tersebut juga terkenal erotis karena mempertontonkan seksualitas antara perempuan dan laki-laki. 

Kami memulai perjalanan dari jogja sekitar jam 9.30, karena bebarengan dengan libur panjang dan jalan macet, kami baru sampai dilokasi jam 2 siang. -Sebelumnya, kami mapir ke museum gula Gondang Winangun yang ada di jalan Jogja-Klaten-. Sayang sekali. Padahal di tempat ini banyak sekali destinasi wisata yang menarik untuk dikunjungi. 

Candi Sukuh
Well, sampai di daerah Jenawi Kami langsung bergegas menuju candi Sukuh. Candi ini memiliki tiga tingkatan dan satu candi induk yang mirip dengan bangunan suku maya. Ukirannya amat rapi dan detail, mempertegas bahwa candi ini dibangung semasa akhir pemerintahan Majapahit runtuh. Ada beberapa arca dan relief yang sangat vulgar mempertontonkan kelamin laki-laki, sedangkan seksualitas perempuan hanya digambarkan dengan bentuk segitiga yang menandakan rahim. 



Mendatangi candi, selalu membangkitkan fantasi masa lampau, tentang bagaimana kehidupan masa lalu. Tentu saja saya sempat bertanya-tanya tentang pikiran apa yang merasuki si pembuat candi hingga bentuk bangunannya seperti ini? Saya sendiri belum puas dengan pendapat arkeolog tentang setiap candi yang ada. Tapi mau tak mau pikiran saya juga terasuki pendapat para arkeolog. Ah mari mengkhayalkan masalalu candi ini saja 

Sampai sekarang, saya pun masih bertanya-tanya; mengapa tubuh perempuan di candi ini digambarkan secara samar-samar? Berbalik 180 derajat dengan masa sekarang yang mengekspos setiap inci lekuk tubuh perempuan untuk dijadikan komoditas.

Candi Cetho-Candi Kethek
Jalanan terus menanjak dan menjauh dari candi Sukuh, destinasi selanjutnya adalah candi Cetho dan candi Kethek. 

Suasanya di Candi Sukuh amat ramai, terlihat beberapa orang berlalu menggunakan baju sembayang. Ya, candi ini masih digunakan orang untuk sembayang dan mengambil air suci yang ada di belakang candi. Selain orang bersembayang, banyak juga pengunjung lain yang hanya sekedar berwisata dan menghabiskan waktu luang bersama kerabat. 

Memasuki pelataran candi Cetho serasa memasuki bali, bangunan-bangunannya mirip dengan arsitektur Bali. Udara sejuk dan remang-remang kabut turun. Pendopo-pendopo yang ada di pelataran candi ini semakin menambah suasana klasik disini. Dingin, ramah, dan nyaman.

Bangunan di candi Cetho tidak semenarik candi Sukuh, tidak banyak relief dan patung disini. Satu-satunya relief yang ada di candi ini adalah kura-kura dan simbol raksasa seksualitas perempuan dan laki-laki di teras kedua.

Puas memandang, kami segera beranjak menyusuri jalan menuju puri taman Saraswati, -ada mata air disebelah puri ini- dan Candi Kethek di ujung jalan. di Jalan yang kami lalui banyak warung-warung berjejeran yang menjajakan aneka makanan dan cindera mata.

Karena hari semkin sore, kami segera bergegas ke arah candi Kethek. Jalanan terjal dan licin mendominasi, kami pun berkali-kali tergelincir, untungnya tidak sampai cidera. Pemandangan menuju candi Kethek amat indah, dominasi pohon pinus dan pohon tumbang kami manfaatkan untuk rehat sejenak dan makan jeruk. 

Hmm candi Kethek sangat biasa, bangunannya terdiri dari batu-batu kali yang disususn mirip dinding tinggi, tidak ada apa-apa di tingkatan paling atas candi ini kecuali satu pura berbalut kain puti dan atap ijuk. Tak bisa berlama-lama disini, hari mulai sore, kami harus segera kembali ke jogja.


Cerita lengkap tentang candi Cetho klik ini dan Candi Sukuh



Puri Saraswati




No comments:

Post a Comment

toelis komentarmu