Saturday, September 24, 2011

Cerita dibalik ceruk batu: Gua Pindul


menuju mulut si Pindul

Warga Gunung Kidul wajib bersyukur karena dibalik pemandangan bebatuan kars terdapat gua-gua cantik dan aliran panjang kali Oya. Aliran Kali oya melewati pegunungan kars dan celah-celah dibawah batu, dan akhirnya ikut berperan aktif selama jutaan tahun membentuk gua beserta perabotnya. Salah satu Goa cantik yang dilewati aliran kali oya ini adalah Gua Pindul, berada di 12 Kilometer Utara kota Wonosari. Letak administratif gua ini di Dusun Gelaran II, Desa Bejiharjo, Kecamatan kalimonggo Gunung Kidul.

Minggu lalu, jam 10 pagi kami berangkat bersepeada motor dari jogja menuju Gua Pindul. Karena masih tergolong obyek wisata yang baru, tidak banyak petunjuk arah menuju gua ini. Kami hanya mengandalkan informasi letak geografis dari internet, peta mbah Gugel, dan bertanya pada warga setempat. Alhasil, kami nyasar ke tiga penjuru arah, utara, barat dan timur:) karena tidak memperhatikan petunjuk yang diarahkan oleh warga setempat :D. Dan akhirnya waktu tempuh perjalanan yang seharusnya bisa ditempuh hanya dalam 1 jam menjadi 2 jam. Well, akhirnya kita sampai di lokasi jam 12.00


Hari Minggu suasana dusun Gelaran dipadati rombongan pengunjung dari sekitar Gunung Kidul maupun Jogja. Mereka ingin melihat dari dekat keindahan Gua Pindul seperti yang ramai diberitakan di media maya dan jejaring pertemanan. Termasuk kami berduabelas juga penasaran dengan keberadaan gua ini. Penasaran menjajal tantangan untuk menyusuri gua yang dialiri sungai hingga tembus diujung gua dengan kedalaman sungai mencapai 3 hingga 7 meter. 

Rombongan kami disambut hangat oleh pemuda karangtaruna, dengan sigap mereka langsung menyiapkan tempat transit dan mempersilakan kami rehat sejenak menunggu giliran cavetubing. Karena pengunjung membludak, kita harus rela antri menunggu giliran mengunjungi gua ini. Oksigen dalam gua agak tipis, sehingga orang yang berada dalam gua harus dibatasi agar kebutuhan oksigen tercukupi.

Kawasan wisata gua pindul ini memang dikelola oleh pemuda karangtaruna kampung. Mereka berinisiatif mengelola wisata gua pindul dan menjadikannya potensi ekonomi. Salah satu pemasukan kas di dusun ini juga dari wira wisata yang mereka kelola. Dari ini mereka bisa membiayai kebutuhan dan kegiatan kampung. Pelayanan dan alur yang mereka ciptakan untuk menjamu pengunjung pun sangat rapi. Salut deh pokoknya..

Jeda waktu 45 menit kita isi dengan makan-makan dan mengulang kembali cerita nyasar kami hari ini. Kebetulan, Mas Adit membawakan bekal sushi andalannya untuk kita coba beramai-ramai. "Kali ini gratis tapi besok bayarnya dua kali lipat, hahahha" kelakarnya. Sesekali kami dihampiri mas DIFA (divisi finansial dan administrasi) karangtaruna, memberi foto gambaran kawasan wisata Pindul beserta paketnya. Dan akhirnya tibalah giliran kami untuk menjajal cavetubing Pindul.

Mas-mas karangtaruna membimbing kami menggunakan pelampung untuk keamanan kami dan memberi instruksi apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama didalam gua. Gua ini punya pantangan, tidak boleh marah atau sedang #galau :D karena akan ada akibat setelahnya, kita wajib Hepi selama susur gua. Kalau dipikir-pikir pesan dibalik legenda pantangan tersebut sangat rasional; kalau kita sedang marah pasti ada efek sampingnya, kalau #galau, ya bakal galau terus...

5 minute to go.. kami menusuri jalan setapak menuju pindul yang bergerigi lumayan tajam dikaki. Mulut gua pindul sudah ada didepan mata kami, air hijau yang menjadi tempat tinggal para lumut juga mendominasi. Pemandu kami; mas joko, eko dan (lupa saya) mulai mengatur kenyamanan susur gua, menyeret kami masuk ke dalam gua, menjaga keselamatan kami dan menjelaskan apa saja yang ada di dalam gua. 

Di mulut gua kami disambut stalagtit tirai dan jenis stalagtit lainnya. Di sepertiga pejalanan Mas Eko menjelaskan legenda dan cerita masalalu yang ada dalam gua ini. Ya gua ini sudah ada dan digunakan sejak ratusan tahun lalu oleh simbah-canggah kita, sudah ada semenjak jaman dinasti kerajaan dan digunakan untuk bertapa ngalap wangsit atau keperluan lainnya. Legenda lain yang hidup di gua ini adalah batu pejantan dan ceruk mini yang meneteskan air, konon lelaki yang menyentuh stalagmit pejantan bakal "jantan" dan bagi perempuan yang mendapat tetesan air dalam ceruk akan awet muda :). 

Ditengah gua yang gelap gulita dan secercah 3 lampu senter, ada stalagtit terbesar keempat di dunia dan masih aktif hingga kini. ada pula stalagtit gong yang bila dipukul menghasilkan suara mirip gong dan  membahana terpantul dinding-dinding gua. Di bagian langit-langit gua banyak ceruk-ceruk yang dibuat oleh kelelawar. Dan di akhir perjalanan ada atap lubang cahaya yang menambah kecantikan gua ini. Di tempat ini merupakan titik poin pertama terjun bebas para penyusur gua, naik ke dinding batu dan menceburkan diri dari ketinggian tiga meter. Byuurrrrr...!! di titik kedua area terjun bebas, kami tidak nyebyur karena medan sangat tinggi, kesimpulannya; kami takut ketinggian sekaligus kedalaman. hahhaha

beranda gua
cuma ada cahaya lampu senter yg saling bertubrukan
area terjun bebas
byurrr...
fin






No comments:

Post a Comment

toelis komentarmu