Tuesday, July 5, 2011

Jogja: kampung halaman keduaku

Merapi (jupri.wordpress)

Simbol filosofis (ajengsekar.blogspot)

Saya pertamali mendatangi jogja dulu sewaktu liburan SMA kelas 2 tahun 2003, saat itu sedang ada pesta akbar Pramuka se-Indonesia di Prambanan. Ya, saya termasuk dalam salah satu anggota kontingen putri Kota Malang. Saya berkesempatan untuk tinggal, jalan-jalan dan berpesta selama 10 hari di Jogja dan Magelang.

Kunjungan kedua saya saat kelas 3 SMU ketika mengadakan studi tour kearah Barat, jatuhlah pilihan pada Ngawi, Solo, Jogja dan pulang kembali menyusuri daerah pantai Utara Jawa karena kami merencanakan ziarah ke makam para Wali. Kedua kunjungan saya ke jogja belum membuat jatuh hati sepenuhnya. Baru ketika saya jatuh cinta pada orang asli Jogja saya semakin menggilai kota ini. Kota nyaman untuk belajar, berbudaya dan membaca buku.

Saya memutuskan memilih salah satu universitas di Jogja dan mengambil studi Tafsir&Hadis di Universitas Sunan Kalijaga. Kenapa musti Jogja? alasannya klise, karena orang tua tidak mengijinkan saya memilih Jakarta->> sarang penyamun. hmmm jawaban lainnya karena saya ingin mencicipi manisnya jalan-jalan di Jogja seperti yang dulu pernah saya rasakan dan menjelajah. 


Kaget Buku
Sebelum tinggal di Jogja, saya tinggal di Asrama Sekolah MAN 3 Malang. Hiburan sangat terbatas apalagi jam menonton televisi sangat dibatasi. Akhirnya hiburan yang paling bisa dinikmati adalah buku, majalah dan komik -itupun harus main petak umpet-. Karena buku masuk dalam kategori legal di asrama saya mulai menyukai buku dan hobi mengkoleksi buku, dan ternyata ketika saya tau dunia buku di jogja, baru tersadar kalau buku yang saya beli masuk dalam kategori ecek-ecek alias buku obralan di Jogja. Ealah.. Harga buku di jogja sangat miring, seharga sebungkus nasipun ada.

Beberapa lama di jogja saya dan sahabat (alhimni) semakin gila mengkoleksi buku dan tak pernah absen ke pameran buku. Selain murah kami juga selalu mencari buku yang sedang diperbincangkan khalayak. Perburuan buku semakin seru, berlanjut ke diskusi-diskusi hangat dan resensi->> pelajaran pertama yang selalu memotivasiku untuk terus menulis dan bekarya.

Semenjak saya sibuk pacaran dan terpisah dari komunitas, saya beralih menyukai novel yang mengingatkan nostalgia masalalu negeri ini. Saya mulai melahab novel-novel Pram, Umar Kayam, Romo Mangun, Ahmad Tohari, Seno Gumira dan novel lainnya yang sangat menggoda. Saya terpikat dengan kata-kata bijak Pram, menikmati satire-satire Seno dan cerita logis Dewi Lestari dalam filosofi kopi. Saya agak melupakan buku-buku Annemarine Schimmel dan Amin al-Khully.

Tahun 2007
Pasca gempa yang mengguncang Jogja dan saya mendaftar jadi relawan di sebuah LSM dan akhirnya saya bertemu dengan seorang kekasih. Saya mulai tergila-gila menjelajahi cerita-cerita tentang Jogja, Islam dan keraton. Mengunjungi situs-situs keraton dan menyimpannya dalam ingatan. Mas pacarlah yang membawa kesana kemari mengelilingi isi "njero benteng" kapanpun saya mau. Saya mengingat hal termanis, selalu menyempatkan ke Ngasem -tempat bersejarah dan romantis- disore hari menyaksikan senja dan lampu-lampu jogja mulai menyala.

Setelah bosan menjelajah isi kota jogja, saya mulai tertarik mengikuti setiap acara di jogja, mulai dari acara tahunan di Kraton, acara jalanan di Malioboro, teater hingga seminar di pojok-pojok kampus. Saya dulu pernah bolos les gara-gara pengen liat demo kenaikan BBM sampai demo bubar di depan istana negara, padahal gak ikutan demo lho.. -aneh.

Diskusi ke diskusi saya ikuti hingga berkenalan agak lama -bukan berarti jauh- dengan liberalisme, multikulturalisme dan pluralisme. Saya tergabung dalam Jaringan Islam Kampus (JARIK) dan sering mengadakan seminar dan diskusi di kampus sampai melakukan aksii solidaritas untuk Ahmadiyah. Sedikit banyak, melalui obrolan-obrolan tentang 3 hal itu membuat saya agak bijak, tidak mudah menghakimi dan merasa kaya dengan perbedaan tanpa ada adu jotos.

Sekarang Saya bekerja untuk sebuah lembaga sosial dan memulainya dari nol, minim kemampuan dan miskin pengalaman. selanjutnya belum tau. Tapi di lembaga ini saya mendapat banyak hal dan banyak pengalaman untuk terus berkreasi. Saya yang dulu sehari-hari berkutat di kajian tafsir&hadis kini tertarik pada hitam-putih pemanfaatan dunia teknologi.

eit...s kalau diterusin pasti tak ada habisnya. Pastinya, banyak hal yang saya pelajari di jogja dan hanya saya peroleh dari jogja. Bagaimana masyarakatnya dan bumbu penyedap lainnya sangat istimewa tiada duanya.
Keraton (bangunantua.blogspot)

No comments:

Post a Comment

toelis komentarmu